
Sentimen Negatif Menghantui, Bursa Saham Asia Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
27 September 2018 17:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia ditutup di zona merah: indeks Nikkei turun 0,99%, indeks Strait Times turun 0,09%, indeks Shanghai turun 0,54%, dan indeks Hang Seng turun 0,36%.
Investor di bursa saham Benua Kuning merespons negatif hasil dari pertemuan bank sentral AS alias the Federal Reserve. Pada dini hari tadi, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 2-2,5%. The Fed pun sudah melihat kebijakan suku bunga tidak lagi bersifat akomodatif, tetapi cenderung ketat.
Lebih lanjut, normalisasi pada tahun ini tetap diperkirakan belum selesai, melainkan masih ada 1 kali lagi yakni pada bulan Desember. Berdasarkan dot plot versi terbaru, jumlah anggota FOMC yang memperkirakan kenaikan suku bunga acuan pada akhir tahun naik menjadi 12 orang, dari yang hanya 8 orang pada bulan Juni lalu.
Memang, agresifnya The Fed dalam menormalisasi suku bunga acuan mencerminkan kuatnya laju perekonomian Negeri Paman Sam. Namun, normalisasi yang kelewat agresif dikhawatirkan bisa 'mematikan' perekonomian AS. Terlebih, risiko perang dagang masih kental terasa.
Berbicara di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (25/9/2018) membela perseteruan dagang yang dialami pemerintahannya. Ia menegaskan di hadapan para pemimpin dunia bahwa AS akan bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya bila merasa dicurangi.
"Kami tidak lagi menoleransi tindakan kejam seperti itu. Kami tidak akan mengizinkan para pekerja kami menjadi korban, perusahaan kami dicurangi, dan kesejahteraan kami dijarah dan dialihkan," kata Trump dalam pidatonya di markas PBB di New York, CNBC International melaporkan.
Peryataan Trump ini memberi indikasi bahwa dalam waktu dekat, pihaknya tak akan melunak dalam menghadapi perang dagang dengan China.
Tak hanya dengan China, perang dagang antara AS dengan tetangganya yakni Kanada juga kian panas. Kemarin (26/9/2018), Trump mengatakan bahwa dia telah menolak undangan dari pihak Kanada untuk melakukan dialog empat mata dengan Perdana Menteri Justin Trudeau. Trump mengatakan bahwa penolakannya didasari oleh sikap Trudeau yang tak mau mengalah dalam negosiasi terkait dengan perubahan North American Free Trade Agreement (NAFTA).
Sebelumnya pada hari Selasa, U.S. Trade Representative Robert Lighthizer mengatakan bahwa AS siap untuk menanadatangani kesepakatan NAFTA yang baru tanpa Kanada. AS berencana menandatangani kesepakatan baru NAFTA sebelum Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto meninggalkan posisinya pada 30 September mendatang.
Dari kawasan regional, sentimen negatif datang dari rilis data ekonomi di China. Industrial profits hingga Agustus 2018 tercatat tumbuh sebesar 16,2% YoY, di bawah capaian periode Juli 2018 yang sebesar 17,1% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Investor di bursa saham Benua Kuning merespons negatif hasil dari pertemuan bank sentral AS alias the Federal Reserve. Pada dini hari tadi, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 2-2,5%. The Fed pun sudah melihat kebijakan suku bunga tidak lagi bersifat akomodatif, tetapi cenderung ketat.
Lebih lanjut, normalisasi pada tahun ini tetap diperkirakan belum selesai, melainkan masih ada 1 kali lagi yakni pada bulan Desember. Berdasarkan dot plot versi terbaru, jumlah anggota FOMC yang memperkirakan kenaikan suku bunga acuan pada akhir tahun naik menjadi 12 orang, dari yang hanya 8 orang pada bulan Juni lalu.
Berbicara di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (25/9/2018) membela perseteruan dagang yang dialami pemerintahannya. Ia menegaskan di hadapan para pemimpin dunia bahwa AS akan bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya bila merasa dicurangi.
"Kami tidak lagi menoleransi tindakan kejam seperti itu. Kami tidak akan mengizinkan para pekerja kami menjadi korban, perusahaan kami dicurangi, dan kesejahteraan kami dijarah dan dialihkan," kata Trump dalam pidatonya di markas PBB di New York, CNBC International melaporkan.
Peryataan Trump ini memberi indikasi bahwa dalam waktu dekat, pihaknya tak akan melunak dalam menghadapi perang dagang dengan China.
Tak hanya dengan China, perang dagang antara AS dengan tetangganya yakni Kanada juga kian panas. Kemarin (26/9/2018), Trump mengatakan bahwa dia telah menolak undangan dari pihak Kanada untuk melakukan dialog empat mata dengan Perdana Menteri Justin Trudeau. Trump mengatakan bahwa penolakannya didasari oleh sikap Trudeau yang tak mau mengalah dalam negosiasi terkait dengan perubahan North American Free Trade Agreement (NAFTA).
Sebelumnya pada hari Selasa, U.S. Trade Representative Robert Lighthizer mengatakan bahwa AS siap untuk menanadatangani kesepakatan NAFTA yang baru tanpa Kanada. AS berencana menandatangani kesepakatan baru NAFTA sebelum Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto meninggalkan posisinya pada 30 September mendatang.
Dari kawasan regional, sentimen negatif datang dari rilis data ekonomi di China. Industrial profits hingga Agustus 2018 tercatat tumbuh sebesar 16,2% YoY, di bawah capaian periode Juli 2018 yang sebesar 17,1% YoY.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/wed) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Most Popular