
Emiten RI Masuk Daftar 12 Calon Pemain Global, Siapakah Dia?
Arif Gunawan, CNBC Indonesia
27 September 2018 13:08

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah memanasnya perang dagang yang diprediksi menekan ekonomi dunia, 12 perusahaan negara berkembang dinilai berpotensi mencuri kesempatan untuk menjadi pemain global.
Satu dari 12 perusahaan tersebut adalah perusahaan berbasis di Indonesia, yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang bergerak di sektor layanan kesehatan, nutrisi, dan konsumer.
Dalam laporan berjudul "Going Global: Key Corporate Trends in Developing Markets", Economist Intelligence Unit(EIU) memilih kedua belas perusahaan itu, dengan menyisihkan sekitar 1.500 perusahaan yang masuk dalam riset mereka.
"Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menguntungkan beberapa pemenang yang semula tak diperhitungkan dari negara berkembang," tulis EIU dalam laporannya pada Kamis (27/9/2018).
EIU memperkirakan pertumbuhan perdagangan dunia melambat menjadi 3,7% pada 2019, dari 5,3% pada 2017. Akibatnya pertumbuhan ekonomi AS dan Eropa akan melambat. Namun pertumbuhan dinilai masih akan dicatatakan Kawasan Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika dan Kawasan sub-Sahara.
Di sisi lain, ekonomi Asia diperkirakan mempertahankan catatan pertumbuhan yang kuat. Pada 2022, negara di luar anggota Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pengembangan (OECD)--yang berisi 34 negara maju--dinilai menyumbang lebih dari 80% populasi dan 40% produk domestik bruto (PDB) dunia.
Pertumbuhan riil belanja konsumen di negara non-OECD tersebut rata-rata akan mencapai 4,8% pada 2018-2022, dibandingkan dengan 1,8% per tahun pada OECD. Penjualan mobil baru di negara non-OECD akan mencapai 48,1 juta pada 2022, dibandingkan 31,5 juta di negara maju anggota OECD.
Secara umum, negara Negara non-OECD akan menyumbang hampir separuh penjualan ritel dunia dan 60% konsumsi energi.
NEXT
Satu dari 12 perusahaan tersebut adalah perusahaan berbasis di Indonesia, yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang bergerak di sektor layanan kesehatan, nutrisi, dan konsumer.
"Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menguntungkan beberapa pemenang yang semula tak diperhitungkan dari negara berkembang," tulis EIU dalam laporannya pada Kamis (27/9/2018).
EIU memperkirakan pertumbuhan perdagangan dunia melambat menjadi 3,7% pada 2019, dari 5,3% pada 2017. Akibatnya pertumbuhan ekonomi AS dan Eropa akan melambat. Namun pertumbuhan dinilai masih akan dicatatakan Kawasan Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika dan Kawasan sub-Sahara.
Di sisi lain, ekonomi Asia diperkirakan mempertahankan catatan pertumbuhan yang kuat. Pada 2022, negara di luar anggota Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pengembangan (OECD)--yang berisi 34 negara maju--dinilai menyumbang lebih dari 80% populasi dan 40% produk domestik bruto (PDB) dunia.
Pertumbuhan riil belanja konsumen di negara non-OECD tersebut rata-rata akan mencapai 4,8% pada 2018-2022, dibandingkan dengan 1,8% per tahun pada OECD. Penjualan mobil baru di negara non-OECD akan mencapai 48,1 juta pada 2022, dibandingkan 31,5 juta di negara maju anggota OECD.
Secara umum, negara Negara non-OECD akan menyumbang hampir separuh penjualan ritel dunia dan 60% konsumsi energi.
NEXT
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular