
'Di Luar Lagi Berkabut, Tapi RI Punya Mobil Bagus'
Arys Aditya, CNBC Indonesia
26 September 2018 15:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian di Indonesia saat ini diibaratkan sebagai mobil bagus yang tengah melewati jalan yang cuacanya berkabut.
Dalam sebuah diskusi, Rabu (26/9/2018), Kepala Ekonom BCA David Sumual menganalogikan ekonomi nasional sebagai mobil yang secara fundamental kuat. Namun, cuaca di luar yang tidak mengizinkan mobil tersebut untuk melaju kencang.
"Kalau saya ibaratkan, di luar itu agak berkabut, dan ada kekhawatiran akan terjadi badai. Padahal kita punya mobil bagus dan supir yang bagus, tapi bisa tancap gas," kata David.
Ia menyebut ada tiga faktor yang membuat cuaca berkabut, yaitu proyeksi pengetatan suku bunga oleh the Federal Reserve, eskalasi perang dagang Amerika Serikat dan China yang berdampak ke seluruh dunia dan faktor geopolitik perseteruan AS-Iran yang bakal menggoyang harga minyak.
"Kecenderungan investor portofolio yang pull out dari negara berkembang menghadapi situasi global. Karena mereka kan berhitung return ketika suku bunga Fed naik," katanya.
Dari sisi dalam negeri, David mengemukakan Pemerintah harus segera mengatasi masalah tren penurunan ekspor yang terus terjadi sehingga berdampak pada resiko pelebaran defisit transaksi berjalan.
"Persoalan kita ekspor, sejak 90-an ekspor per PDB itu turun. Awal 90-an itu 30%, sekarang 20%-an. Sementara impor per PDB naik," tuturnya.
"Itu membuat kita tidak bisa ngegas kenceng mobil ini. Dan permainan gas, rem dan tuning up antara fiskal, moneter dan sektor riil ini yang harus dilakukan."
(dru) Next Article Derasnya Outflow Asing Susah Ditahan, Kecuali Ini Terjadi!
Dalam sebuah diskusi, Rabu (26/9/2018), Kepala Ekonom BCA David Sumual menganalogikan ekonomi nasional sebagai mobil yang secara fundamental kuat. Namun, cuaca di luar yang tidak mengizinkan mobil tersebut untuk melaju kencang.
"Kalau saya ibaratkan, di luar itu agak berkabut, dan ada kekhawatiran akan terjadi badai. Padahal kita punya mobil bagus dan supir yang bagus, tapi bisa tancap gas," kata David.
Dari sisi dalam negeri, David mengemukakan Pemerintah harus segera mengatasi masalah tren penurunan ekspor yang terus terjadi sehingga berdampak pada resiko pelebaran defisit transaksi berjalan.
"Persoalan kita ekspor, sejak 90-an ekspor per PDB itu turun. Awal 90-an itu 30%, sekarang 20%-an. Sementara impor per PDB naik," tuturnya.
"Itu membuat kita tidak bisa ngegas kenceng mobil ini. Dan permainan gas, rem dan tuning up antara fiskal, moneter dan sektor riil ini yang harus dilakukan."
(dru) Next Article Derasnya Outflow Asing Susah Ditahan, Kecuali Ini Terjadi!
Most Popular