
NAFTA di Ujung Tanduk, Bursa Saham Asia Masih Bisa Menguat
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
26 September 2018 09:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia dibuka di zona hijau: indeks Strait Times naik 0,39%, Indeks Shanghai naik 0,15%, dan indeks Hang Seng naik 0,39%. Sementara itu, indeks Nikkei terkoreksi 0,39%.
Koreksi yang sudah terjadi pada perdagangan sebelumnya membuat investor mulai kembali mengambil posisi di bursa saham Benua Kuning. Namun, tetap saja sentimen negatif berupa perang dagang AS-China membayangi penguatan yang terjadi.
Berbicara di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (25/9/2018) membela perseteruan dagang yang dialami pemerintahannya. Ia menegaskan di hadapan para pemimpin dunia bahwa AS akan bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya bila merasa dicurangi.
"Kami tidak lagi menoleransi tindakan kejam seperti itu. Kami tidak akan mengizinkan para pekerja kami menjadi korban, perusahaan kami dicurangi, dan kesejahteraan kami dijarah dan dialihkan," kata Trump dalam pidatonya di markas PBB di New York, CNBC International melaporkan.
Peryataan Trump ini memberi indikasi bahwa dalam waktu dekat, pihaknya tak akan melunak dalam menghadapi perang dagang dengan China. Seperti yang sudah diektahui sebelumnya, China telah resmi membatalkan rencana dialog perdagangan dengan AS.
The Wall Street Journal melaporkan pada hari Jumat (21/9/2018) bahwa kubu China menolak proposal dari AS untuk mengirimkan dua orang delegasinya ke Washington, seperti dikutip dari CNBC International.
Tak hanya dengan China, perang dagang antara AS dengan tetangganya yakni Kanada juga kian panas. U.S. Trade Representative Robert Lighthizer mengatakan pada hari Selasa bahwa AS siap untuk menanadatangani kesepakatan North American Free Trade Agreement (NAFTA) yang baru tanpa Kanada.
AS berencana menandatangani kesepakatan baru NAFTA sebelum Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto meninggalkan posisinya pada 30 September mendatang.
Berbeda dengan Meksiko yang sudah menyetujui kerangka NAFTA yang baru dengan AS, Lighthizer mengatakan bahwa negosiasi dengan Kanada tetap berada dalam fase kebuntuan. Jika Kanada tak kunjung bergabung, maka perjanjian trilateral tersebut akan menjadi sebuah perjanjian bilateral.
Pada hari ini di Singapura, data pertumbuhan produksi industri periode Agustus akan diumumkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Koreksi yang sudah terjadi pada perdagangan sebelumnya membuat investor mulai kembali mengambil posisi di bursa saham Benua Kuning. Namun, tetap saja sentimen negatif berupa perang dagang AS-China membayangi penguatan yang terjadi.
Berbicara di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Presiden AS Donald Trump pada hari Selasa (25/9/2018) membela perseteruan dagang yang dialami pemerintahannya. Ia menegaskan di hadapan para pemimpin dunia bahwa AS akan bertindak berdasarkan kepentingan nasionalnya bila merasa dicurangi.
Peryataan Trump ini memberi indikasi bahwa dalam waktu dekat, pihaknya tak akan melunak dalam menghadapi perang dagang dengan China. Seperti yang sudah diektahui sebelumnya, China telah resmi membatalkan rencana dialog perdagangan dengan AS.
The Wall Street Journal melaporkan pada hari Jumat (21/9/2018) bahwa kubu China menolak proposal dari AS untuk mengirimkan dua orang delegasinya ke Washington, seperti dikutip dari CNBC International.
Tak hanya dengan China, perang dagang antara AS dengan tetangganya yakni Kanada juga kian panas. U.S. Trade Representative Robert Lighthizer mengatakan pada hari Selasa bahwa AS siap untuk menanadatangani kesepakatan North American Free Trade Agreement (NAFTA) yang baru tanpa Kanada.
AS berencana menandatangani kesepakatan baru NAFTA sebelum Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto meninggalkan posisinya pada 30 September mendatang.
Berbeda dengan Meksiko yang sudah menyetujui kerangka NAFTA yang baru dengan AS, Lighthizer mengatakan bahwa negosiasi dengan Kanada tetap berada dalam fase kebuntuan. Jika Kanada tak kunjung bergabung, maka perjanjian trilateral tersebut akan menjadi sebuah perjanjian bilateral.
Pada hari ini di Singapura, data pertumbuhan produksi industri periode Agustus akan diumumkan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Kabar Baik China vs Buruk Dari Amerika, Bursa Asia Bervariasi
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular