
Perang Dagang & The Fed Jadi Fokus, Wall Street Akan Melemah
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 September 2018 18:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Wall Street akan dibuka melemah pada perdagangan hari ini. Hal ini terlihat dari kontrak futures tiga indeks saham utama Amerika Serikat (AS): kontrak futures Dow Jones Industrial Average mengimplikasikan penurunan sebesar 51 poin pada saat pembukaan, sementara S&P 500 dan Nasdaq diimplikasikan turun masing-masing sebesar 5 dan 35 poin.
Ada dua hal yang menjadi perhatian utama pelaku pasar pada perdagangan hari ini, yakni perang dagang AS-China dan bank sentral AS, Federal Reserve.
Hubungan AS-China yang kian panas di bidang perdagangan membuat investor ogah menyentuh saham-saham di Negeri Paman Sam. China kini telah resmi membatalkan rencana dialog perdagangan dengan AS.
The Wall Street Journal melaporkan pada hari Jumat (21/9/2018) bahwa kubu China menolak proposal dari AS untuk mengirimkan dua orang delegasinya ke Washington, seperti dikutip dari CNBC International. Sikap Presiden AS Donald Trump yang tetap kekeh untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) kemungkinan menjadi alasannya.
Pembatalan negosiasi dagang ini tak bisa dianggap sepele. Pasalnya, jika salah satu dari kedua negara ini nantinya mengalah, pihak lainnya akan memiliki upper-hand dalam perundingan yang dilakukan. Jika AS mengalah dengan membatalkan pengenaan bea masuknya, hal ini akan dianggap oleh pihak China bahwa AS lebih membutuhkan relasi dagang dengannya. Sebaliknya, jika China yang mengalah dengan mengikuti sebagian dari tuntutan AS, maka AS kemungkinan besar akan mengeksploitasinya guna membuat China memenuhi seluruh tuntutannya.
Bisa jadi, negosiasi dagang antar kedua negara tak akan terjadi dalam waktu dekat. Sementara itu, bea masuk yang mulai efektif berlaku hari ini, terutama dari pihak AS (US$ 200 miliar), dipastikan akan 'menyakiti' perekonomian AS dan China.
Kemudian, investor juga nampak bermain aman sembari menantikan keputusan dari bank sentral AS alias the Federal Reserve.
Pada 27 September dini hari waktu Indonesia nanti, the Fed akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan terbarunya. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 23 September 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada pertemuan kali ini adalah sebesar 92%.
Bersamaan dengan pengumuman tingkat suku bunga acuan terbarunya, the Fed akan merilis dot plot versi terbaru. Sebagai catatan, dot plot merupakan sebuah survei dari anggota-anggota FOMC (Federal Open Market Committee) selaku pengambil keputusan terkait proyeksi mereka atas tingkat suku bunga acuan pada akhir tahun. Melalui dot plot versi terbaru, akan diketahui apakah semakin banyak anggota FOMC yang melihat kenaikan suku bunga acuan sebanyak empat kali pada tahun ini.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan untuk diumumkan dan tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan untuk berbicara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Ada dua hal yang menjadi perhatian utama pelaku pasar pada perdagangan hari ini, yakni perang dagang AS-China dan bank sentral AS, Federal Reserve.
Hubungan AS-China yang kian panas di bidang perdagangan membuat investor ogah menyentuh saham-saham di Negeri Paman Sam. China kini telah resmi membatalkan rencana dialog perdagangan dengan AS.
Pembatalan negosiasi dagang ini tak bisa dianggap sepele. Pasalnya, jika salah satu dari kedua negara ini nantinya mengalah, pihak lainnya akan memiliki upper-hand dalam perundingan yang dilakukan. Jika AS mengalah dengan membatalkan pengenaan bea masuknya, hal ini akan dianggap oleh pihak China bahwa AS lebih membutuhkan relasi dagang dengannya. Sebaliknya, jika China yang mengalah dengan mengikuti sebagian dari tuntutan AS, maka AS kemungkinan besar akan mengeksploitasinya guna membuat China memenuhi seluruh tuntutannya.
Bisa jadi, negosiasi dagang antar kedua negara tak akan terjadi dalam waktu dekat. Sementara itu, bea masuk yang mulai efektif berlaku hari ini, terutama dari pihak AS (US$ 200 miliar), dipastikan akan 'menyakiti' perekonomian AS dan China.
Kemudian, investor juga nampak bermain aman sembari menantikan keputusan dari bank sentral AS alias the Federal Reserve.
Pada 27 September dini hari waktu Indonesia nanti, the Fed akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan terbarunya. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures per 23 September 2018, kemungkinan bahwa the Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 bps pada pertemuan kali ini adalah sebesar 92%.
Bersamaan dengan pengumuman tingkat suku bunga acuan terbarunya, the Fed akan merilis dot plot versi terbaru. Sebagai catatan, dot plot merupakan sebuah survei dari anggota-anggota FOMC (Federal Open Market Committee) selaku pengambil keputusan terkait proyeksi mereka atas tingkat suku bunga acuan pada akhir tahun. Melalui dot plot versi terbaru, akan diketahui apakah semakin banyak anggota FOMC yang melihat kenaikan suku bunga acuan sebanyak empat kali pada tahun ini.
Pada hari ini, tidak ada data ekonomi yang dijadwalkan untuk diumumkan dan tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan untuk berbicara.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/prm) Next Article Wall Street Melejit, Sinyal Pasar Saham Kebal Resesi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular