
Cukai Naik, Saham Rokok Mana yang Jadi Pilihan?
Monica Wareza, CNBC Indonesia
24 September 2018 13:46

Jakarta, CNBC Indonesia - RHB Sekuritas menilai kenaikan harga rokok akibat perubahan besaran tarif cukai yang ditetapkan pemerintah, berpotensi akan memengaruhi tingkat pembelian rokok masyarakat. Dimana masyarakat cenderung untuk memilih produk rokok dengan harga yang terjangkau.
Menurut RHB Sekuritas, harga rokok di Indonesia dianggap sangat mahal sebagai biaya kebutuhan rumah tangga dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Masyarakat Indonesia dinilai hanya mampu membeli rokok 7.200 batang per tahun, lebih rendah dibanding rata-rata Asia di 11.700 batang per tahun, dimana konsumsi rokok Vietnam 22.000 batang per tahun, Thailand 18.000 batang per tahun dan Malaysia 14.000 batang per tahun.
Pemerintah memutuskan menaikkan besaran cukai rokok jauh di atas inflasi selama empat tahun terakhir untuk mencegah jumlah perokok. Akibatnya, pertumbuhan industri yang stagnan menjadi negatif karena kemampuan merokok mayarakat sudah rendah dan produsen tembakau terpaksa menaikkan harga.
RHB Sekuritas merekomendasikan saham GGRM sebagai top picks seiring dengan terus meningkatnya harga rokok paska aturan pemerintah untuk meningkatkan cukai rokok selama empat tahun terakhir.
Hal ini didukung dengan peningkatan pangsa pasar dari produk-produk PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang harganya cenderung lebih terjangkau oleh masyarakat. Berdasarkan volume penjualan, salah satu produk GGRM dinilai lebih murah 2% dengan jenis yang sama dari HMSP.
Selanjutnya, saham GGRM saat ini diperdagangkan dengan perice earning ratio (PER) sebesar 14x dna di tahun depan diperkirakn PER-nya bisa mencapai 18x. Sementara HMSP dinilai lebih mahal karena saat ini diperdagangkan dengan PER 31x dan tahun depan diperkirakan sebesar 34x.
(hps/hps) Next Article Bursa AS Anjlok, Menanti Rilis Laba Perusahaan Raksasa Tech
Menurut RHB Sekuritas, harga rokok di Indonesia dianggap sangat mahal sebagai biaya kebutuhan rumah tangga dibandingkan dengan beberapa negara tetangga. Masyarakat Indonesia dinilai hanya mampu membeli rokok 7.200 batang per tahun, lebih rendah dibanding rata-rata Asia di 11.700 batang per tahun, dimana konsumsi rokok Vietnam 22.000 batang per tahun, Thailand 18.000 batang per tahun dan Malaysia 14.000 batang per tahun.
Pemerintah memutuskan menaikkan besaran cukai rokok jauh di atas inflasi selama empat tahun terakhir untuk mencegah jumlah perokok. Akibatnya, pertumbuhan industri yang stagnan menjadi negatif karena kemampuan merokok mayarakat sudah rendah dan produsen tembakau terpaksa menaikkan harga.
RHB Sekuritas merekomendasikan saham GGRM sebagai top picks seiring dengan terus meningkatnya harga rokok paska aturan pemerintah untuk meningkatkan cukai rokok selama empat tahun terakhir.
"Target harga sahaam GGRM pada level Rp 99.000/saham dengar perkiraan kenaikan harga 33% dan imbal hasil 4,7%," kata Analis RHB Sekuritas Michael Setjoadi, dalam risetnya.
Hal ini didukung dengan peningkatan pangsa pasar dari produk-produk PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang harganya cenderung lebih terjangkau oleh masyarakat. Berdasarkan volume penjualan, salah satu produk GGRM dinilai lebih murah 2% dengan jenis yang sama dari HMSP.
Selanjutnya, saham GGRM saat ini diperdagangkan dengan perice earning ratio (PER) sebesar 14x dna di tahun depan diperkirakn PER-nya bisa mencapai 18x. Sementara HMSP dinilai lebih mahal karena saat ini diperdagangkan dengan PER 31x dan tahun depan diperkirakan sebesar 34x.
(hps/hps) Next Article Bursa AS Anjlok, Menanti Rilis Laba Perusahaan Raksasa Tech
Most Popular