
Adaro Tunda Kerja Sama Tambang di India, Ini Alasannya
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
22 September 2018 11:04

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) masih menunda rencana kerjasama dengan perusahaan trader terbesar sekaligus pemasok batu bara yang dominan di India yakni Adani.
Direktur Utama perseroan Garibaldi Thohir yang kerap disapa Boy Thohir, mengatakan saat ini perseroan belum memprioritaskan percepatan kerja sama tersebut.
Mengingat fokus utama bisnis MDKA yang sedang melakukan ekspansi bisnisnya di tanah air.
"Belum ada tindak lanjutnya sih, dulu kami pernah ketemu terus diajak investasi di India namun kami pikir-pikir belum dulu. Di Indonesia masih banyak opportunity jadi kami masih fokus di Indonesia dulu," ungkap Boy di JS Luwansa, Kemarin (21/9/18).
Lebih lanjut, saat ini perseroan sedang berfokus pada dua ekspansi bisnis diluar usaha utama perseroan yakni memproduksi dan menjual batu bara jenis thermal coal.
Di antaranya ialah menjadi pemain batu bara cooking coal (kokas) terbesar di tanah air serta pengembangan bisnis melalui pembangkit listrik sebagai rangka diversifikasi usaha perseroan.
"Kami masih fokus untuk mengoptimalkan dan support manajemen tambang kestrel yang baru kami beli di Australia, selain prioritas utama kami fokus di tambang kami yang ada di Indonesia yang sudah berjalan yakni thermal coal tergetnya 50-60 juta ton produksinya tahun ini," tambah Boy.
Menurut Boy, batu bara kokas di pasar dalam negeri dan global masih minim supply, padahal permintaan (demand) yang ada potensinya sangat besar dibandingkan dengan thermal coal.
Selain itu, dalam beberapa tahun kedepan perseroan akan menargetkan pendapatan yang signifikan dari bisnis pembangkit listrik. Saat ini Adaro memiliki bisnis pembangkit berkapasitas 2x100 MW di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, dan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Batang 2x1000 MW.
Sedankan masuk dalam daftar ekspansi bisnis, proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) milik PLN melalui PT Adaro Power (AP) yang berkapasitas 100 megawatt (MW) di Sumatera masih dalam tahapan eksekusi.
"Cooking coal ini tidak banyak yang memproduksi hanya 5-7 negara saja di seluruh dunia jadi supply tidak banyak, selain itu kalau thermal coal juga fluktuatif ya supply dan demand-nya. Jadi degan diversifikasi ini kami harapkan pelan-pelan kontribusi melalui bisnis ini akan meningkatkan pendapatan," ungkapnya.
Sebelumnya, Adani, sedang berupaya mengajak ADRO untuk bekerjasama untuk menambang di India. Adani menjajaki kerjasama ini karena kondisi industri batu bara mereka di India yang memang masih perlu impor dalam jumlah besar. Selain itu, juga karena pemerintah India mulai buka peluang bagi swasta atau investor asing di sektor ini.
Kerjasama yang ditawarkan oleh Adani adalah membentuk usaha patungan untuk membeli blok batu bara.
(dru) Next Article PLTU Beroperasi 2019, Adaro Optimistis Pendapatan Meroket
Direktur Utama perseroan Garibaldi Thohir yang kerap disapa Boy Thohir, mengatakan saat ini perseroan belum memprioritaskan percepatan kerja sama tersebut.
Mengingat fokus utama bisnis MDKA yang sedang melakukan ekspansi bisnisnya di tanah air.
![]() |
"Belum ada tindak lanjutnya sih, dulu kami pernah ketemu terus diajak investasi di India namun kami pikir-pikir belum dulu. Di Indonesia masih banyak opportunity jadi kami masih fokus di Indonesia dulu," ungkap Boy di JS Luwansa, Kemarin (21/9/18).
Di antaranya ialah menjadi pemain batu bara cooking coal (kokas) terbesar di tanah air serta pengembangan bisnis melalui pembangkit listrik sebagai rangka diversifikasi usaha perseroan.
"Kami masih fokus untuk mengoptimalkan dan support manajemen tambang kestrel yang baru kami beli di Australia, selain prioritas utama kami fokus di tambang kami yang ada di Indonesia yang sudah berjalan yakni thermal coal tergetnya 50-60 juta ton produksinya tahun ini," tambah Boy.
Menurut Boy, batu bara kokas di pasar dalam negeri dan global masih minim supply, padahal permintaan (demand) yang ada potensinya sangat besar dibandingkan dengan thermal coal.
Selain itu, dalam beberapa tahun kedepan perseroan akan menargetkan pendapatan yang signifikan dari bisnis pembangkit listrik. Saat ini Adaro memiliki bisnis pembangkit berkapasitas 2x100 MW di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, dan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Batang 2x1000 MW.
Sedankan masuk dalam daftar ekspansi bisnis, proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) milik PLN melalui PT Adaro Power (AP) yang berkapasitas 100 megawatt (MW) di Sumatera masih dalam tahapan eksekusi.
"Cooking coal ini tidak banyak yang memproduksi hanya 5-7 negara saja di seluruh dunia jadi supply tidak banyak, selain itu kalau thermal coal juga fluktuatif ya supply dan demand-nya. Jadi degan diversifikasi ini kami harapkan pelan-pelan kontribusi melalui bisnis ini akan meningkatkan pendapatan," ungkapnya.
Sebelumnya, Adani, sedang berupaya mengajak ADRO untuk bekerjasama untuk menambang di India. Adani menjajaki kerjasama ini karena kondisi industri batu bara mereka di India yang memang masih perlu impor dalam jumlah besar. Selain itu, juga karena pemerintah India mulai buka peluang bagi swasta atau investor asing di sektor ini.
Kerjasama yang ditawarkan oleh Adani adalah membentuk usaha patungan untuk membeli blok batu bara.
(dru) Next Article PLTU Beroperasi 2019, Adaro Optimistis Pendapatan Meroket
Most Popular