
Optimistis, Tahun Depan Rupiah Menguat ke Rp 14.700/US$
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
18 September 2018 12:00

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bersama Komisi XI mematok asumsi dasar nilai tukar rupiah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 di level Rp 14.400/US$.
Meski demikian, dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kementerian Keuangan tak ragu menyebut angka tersebut masih berpotensi melemah, seiring dengan dinamika ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut.
"Dalam kesepakatan dengan Komisi XI yang digunakan untuk penyusunan RAPBN adalah Rp 14.400/US$," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Selasa (18/9/2018).
"Namun, kami sangat melihat potensi pelemahan karena BI memberikan range [kurs tahun depan] Rp 14.300/US$ - Rp 14.700/US$. Kami pemerintah memahami, range tersebut dapat terjadi tahun depan." kata Suahasil.
Suahasil tak memungkiri, nilai tukar rupiah dalam dua hari terakhir cukup tertekan, hingga menembus level Rp 14.900/US$. Namun, pemerintah meyakini tahun depan tekanan terhadap rupiah tidak akan sebesar tekanan di tahun ini.
"Kalau kita bandingkan Real Effective Exchange Rates (REER), rupiah masih bisa menguat. Sehingga, kita berpikir bahwa tekanan tahun depan tidak akan sebesar di tahun ini," jelasnya.
Namun, bendahara negara memahami, bahwa potensi pelemahan rupiah masih terbuka. Sampai akhir tahun ini, rata-rata nilai tukar rupiah diperkirakan berada di level Rp 14.000/US$ - Rp 14.100/US$.
Proyeksi tersebut, terlampau jauh dari asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN 2018 yang dipatok sebesar Rp 13.400/US$.
"Rata-rata terakhir sampai Agustus 13.900/US$. Tahun depan range Rp 14.400/US$ - Rp 14.700/US$, sangat mungkin terjadi," tegas Suahasil.
(roy) Next Article Asumsi Rupiah di RAPBN 2019 Realistis atau Tidak?
Meski demikian, dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Kementerian Keuangan tak ragu menyebut angka tersebut masih berpotensi melemah, seiring dengan dinamika ketidakpastian ekonomi global yang masih berlanjut.
Suahasil tak memungkiri, nilai tukar rupiah dalam dua hari terakhir cukup tertekan, hingga menembus level Rp 14.900/US$. Namun, pemerintah meyakini tahun depan tekanan terhadap rupiah tidak akan sebesar tekanan di tahun ini.
"Kalau kita bandingkan Real Effective Exchange Rates (REER), rupiah masih bisa menguat. Sehingga, kita berpikir bahwa tekanan tahun depan tidak akan sebesar di tahun ini," jelasnya.
Namun, bendahara negara memahami, bahwa potensi pelemahan rupiah masih terbuka. Sampai akhir tahun ini, rata-rata nilai tukar rupiah diperkirakan berada di level Rp 14.000/US$ - Rp 14.100/US$.
Proyeksi tersebut, terlampau jauh dari asumsi nilai tukar rupiah dalam APBN 2018 yang dipatok sebesar Rp 13.400/US$.
"Rata-rata terakhir sampai Agustus 13.900/US$. Tahun depan range Rp 14.400/US$ - Rp 14.700/US$, sangat mungkin terjadi," tegas Suahasil.
(roy) Next Article Asumsi Rupiah di RAPBN 2019 Realistis atau Tidak?
Most Popular