Jauh dari Rp 15.000/US$, Bagaimana Nasib Rupiah di APBN 2019?

Samuel Pablo & Iswari Anggit, CNBC Indonesia
08 January 2019 12:10
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan tren penguatan.
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani Memimpin Konferensi pers kinerja APBN 2018 di Kementerian Keuangan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan tren penguatan. Pada Selasa (9/1/2019), dolar AS memulai perdagangan pasar spot di level Rp 14.045 per dolar AS.

Rupiah menguat 0,45% dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya.

Penguatan rupiah tentu bakal berdampak kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019. Dalam asumsi dasar ekonomi makro, rupiah dipatok Rp 15.000 per dolar AS.


Selepas mengisi acara Outlook Perekonomian Indonesia 2019 yang digelar Kemenko Perekonomian di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (8/1/2019), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Kementerian Keuangan mencermati penguatan rupiah.

"Nanti kita akan lihat karena dinamika dari seluruh faktor-faktor ekonomi akan terus menjadi salah satu bagian yang harus kita terus kelola. Karena pengaruhnya kan tidak single (tunggal)," ujarnya kepada wartawan.

Menurut Sri Mulyani, pemerintah mencermati dinamika perekonomian terhadap masyarakat dan manufaktur serta industri atau sektor-sektor yang bergantung kepada sumber daya alam (SDA).



"Tidak hanya dari sisi kurs tapi juga dari sisi pertumbuhan ekonomi dunia dan juga dinamika perang dagang," katanya.

"Itu semua akan kita terus simak dan kita kalkulasi dan bagaimana dampaknya terhadap keseluruhan perekonomian kita. Instrumen APBN adalah instrumen untuk mengelola perekonomian. Jadi kita tidak hanya fokus bagaimana ke APBN tapi juga bagaimana pengaruhnya terhadap perekonomian," lanjut Sri Mulyani.

Lebih jauh Sri Mulyani mengatakan, saat memutuskan asumsi makro 2019, memang perbincangan dengan BI berada di Rp 15.000/US$.

"Karena kurs kita melorot bersama yang lain. BI Rp 15.000/US$, tapi setelah Gubernur The Fed [Jerome Powell] bilang bersabar, sehingga dinamika berubah lagi. Jadi rupiah akan ada adjustment," terangnya.






(miq/dru) Next Article BI: 2019, Rupiah Lebih Stabil!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular