Stok Batu Bara China Naik, Harga Batu Bara Kembali Tertekan

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
18 September 2018 10:59
Harga batu bara Newcastle kontrak acuan melemah 0,69% ke US$114,6/MT pada penutupan perdagangan hari Senin (17/9/2018).
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara Newcastle kontrak acuan melemah 0,69% ke US$114,6/Metrik Ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Senin (17/9/2018).

Dengan pergerakan tersebut, harga si batu hitam tidak mampu melanjutkan momentum penguatan sebesar 0,74% di sepanjang pekan lalu. Adalah memanasnya tensi perang dagang AS-China yang menyuntikkan energi negatif bagi pergerakan harga batu bara kemarin.

Selain itu, bertambahnya stok batu bara di sejumlah pembangkit listrik di China juga turut membebani harga batu bara pada perdagangan sehari lalu.



Persepsi penurunan konsumsi batu bara China semakin nyata memasuki bulan September 2018. Menurut data China Coal Resources, stok batu bara di 6 pembangkit listrik utama China kembali menanjak secara mingguan (week-to-week/WtW) ke angka 15,4 juta ton, per hari Jumat (14/9/2018). Capaian itu merupakan yang tertinggi sejak Januari 2015.

Sementara itu, impor batu bara China turun nyaris 40% WtW ke 1,98 juta ton per hari Jumat (7/9/2018), yang merupakan level terendah sejak sepekan yang berakhir 6 April, berdasarkan data dari Global Ports.

Berlalunya puncak musim panas nampaknya mulai memberikan dampak bagi menipisnya konsumsi batu bara Negeri Tirai Bambu. Sentimen ini lantas menekan harga batu bara, seiring China merupakan importir batu bara terbesar di dunia.

Meski demikian, sejatinya konsumsi batu bara China (dan beberapa negara konsumen lainnya) masih berpotensi kembali membaik. Pasalnya, musim dingin yang akan datang diperkirakan akan lebih dingin dari biasanya. Akibatnya, konsumsi batu bara sebagai bahan bakar mesin penghangat diperkirakan akan ikut melonjak. Hal ini lantas menjadi indikasi bahwa konsumsi batu bara masih akan solid setidaknya hingga akhir tahun.

BACA: Musim Dingin Tiba, Harga Batu Bara Mulai Menanjak Lagi

Sayangnya, sentimen perang dagang kembali jadi pemberat harga batu bara. Presiden AS Donald Trump akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$200 miliar (Rp 2.978 triliun).

Langkah sang presiden semakin memanaskan ketegangan di antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu. China telah berulang kali menegaskan akan membalas segala tindakan pengenaan bea masuk baru oleh AS.

Mengingat AS dan China adalah dua perekonomian terbesar di planet bumi, friksi di antara keduanya tentu akan mempengaruhi seluruh negara. Arus perdagangan global akan seret dan pertumbuhan ekonomi melambat.

Perlambatan arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi sama dengan penurunan permintaan energi. Potensi penurunan permintaan ini diterjemahkan dengan koreksi harga batu bara kemarin.   

(RHG/gus) Next Article Telisik Penyebab Harga Batu Bara Tak Lagi Membara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular