Analis: Perang Dagang, Gerak IHSG Masih Akan Tertahan

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
18 September 2018 08:05
Proyeksi pergerakan IHSG hari Selasa (18/9/2018) dari para analis saham.
Bursa Efek Indonesia (Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup terkoreksi dalam 1,80% ke level 5.824 pada perdagangan kemarin, Senin (17/9/18).

Seluruh sektor industri turut terkoreksi, di mana sektor yang mengalami koreksi terbesar yakni aneka industri (-3.07%) dan infrastruktur (-2.50%). Sementara investor asing membukukan net sell di semua perdagangan saham sebesar Rp 394,9 miliar.



Sentimen negatif pada akhirnya mendominasi pergerakan pasar, salah satunya adanya keengganan China untuk berdiskusi terhadap Amerika Serikat (AS) terkait dengan perundingan dagang. Hal ini membuat tensi menjadi meningkat, yang membuat situasi dan kondisi kembali seperti beberapa pekan lalu.
Presiden AS Donald Trump dini hari tadi bahkan telah mengumumkan tarif impor baru yang akan dikenakan pada berbagai produk China senilai US$200 miliar mulai 24 September mendatang.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data neraca perdagangan bulan Agustus 2018 mengalami defisit US$1,02 miliar. Defisit terjadi karena impor Indonesia bulan Agustus 2018 tercatat US$16,8 miliar, sedangkan ekspor Indonesia bulan Agustus 2018 tercatat US$15,82 miliar.

Valbury Sekuritas memperkirakan neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan defisit pada Agustus disusul dengan kabar dari eksternal, sentimen tersebut bisa menyulitkan bagi IHSG untuk melaju ke zona hijau hari ini.

Diperkirakan level support IHSG hari ini di 5.787, 5.750 dan 5.687. Sedangkan resistance level diperkirakan berada di level 5.887 hingga 5.986.

Sedangkan analis dari Binaartha Sekuritas Nafan Aji menambahkan adanya potensi pelemahan IHSG tersebut terlihat dari pola bearish engulfing line candlestick pattern yang mengindikasikan peluang pelemahan.

"IHSG berpeluang menuju ke area support dengan daily range berada di level 5.749,54 hingga 5.949," ungkapnya.

Sementara itu, analis dari Kiwoom Sekuritas Maximilianus Nico mengatakan defisit neraca perdagangan Agustus diperkirakan akan memberikan tekanan kepada rupiah untuk melemah sehingga meningkatkan potensi kenaikkan tingkat suku bunga bunga pada saat Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) nanti.



Ia menambahkan, saat ini beberapa negara sudah mulai mengadopsi kenaikkan tingkat suku bunga. Setelah kemarin Rusia, minggu ini Bank Sentral Thailand berpotensi untuk menaikkan tingkat suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps).

"Diharapkan sentimen luar ini jangan sampai mendominasi, sehingga tidak memberikan kontaminasi terhadap pasar modal dalam negeri yang masih memiliki ruang untuk menguat. Secara teknikal, IHSG hari ini memiliki ruang potensi menguat dengan support dan resistance di level 5.786-5.886," ungkap Maximilianus.
(prm) Next Article Lesu, IHSG Kayaknya Ditutup Merah Lagi Jelang Long Weekend

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular