Dihajar Luar-Dalam, IHSG Anjlok 1,8%

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 September 2018 16:39
IHSG anjlok hingga 1,8% pada perdagangan hari ini ke level 5.824,26.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 1,8% pada perdagangan hari ini ke level 5.824,26. Jika dibandingkan dengan bursa saham kawasan Asia lainnya, performa IHSG jelas merupakan yang terburuk: indeks Shanghai turun 1,11%, indeks Strait Times turun 0,72%, indeks Kospi turun 0,66%, indeks Hang Seng turun 1,3%, indeks Nifty (India) turun 0,92%, dan indeks SET (Thailand) turun 0,26%.

Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 4,89 triliun dengan volume sebanyak 7,4 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 375.018 kali.

Investor dibuat menjauhi bursa saham Benua Kuning lantaran perang dagang AS-China yang bisa segera tereskalasi. Presiden AS Donald Trump dikabarkan bisa mengumumkan bea masuk baru terhadap produk-produk impor asal China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.961 triliun) pada minggu ini, kata seorang pejabat senior kepada CNBC International pada hari Minggu (16/9/2018).

Besaran bea masuk tersebut diperkirakan sekitar 10%, menurut laporan Wall Street Journal dengan mengutip beberapa pihak yang mengetahui hal tersebut, lebih rendah dari 25% yang sempat digaungkan sebelumnya.

Barang-barang asal China yang disasar AS di antaranya adalah produk-produk teknologi dan elektronik, papan sirkuit, dan barang-barang konsumsi seperti makanan laut, mebel, produk lampu, ban, bahan-bahan kimia, plastik, sepeda, dan jok mobil khusus untuk bayi.

Walaupun besaran bea masuk kemungkinan tak sebesar yang sebelumnya direncanakan, laju perekonomian kedua negara tetap saja menjadi taruhannya, mengingat besarnya nilai barang yang terdampak. Sebagai informasi, dua kali pengenaan bea masuk baru oleh AS sebelumnya hanya menyasar barang-barang senilai US$ 34 miliar dan US$ 16 miliar.

Dari dalam negeri, defisit neraca dagang yang jauh lebih tinggi dari ekspektasi ikut membuat IHSG babak belur. Sepanjang Agustus, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor tumbuh sebesar 4,15% YoY, jauh di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar 10,1% YoY.

Sementara itu, impor tumbuh sebesar 24,65% YoY, sedikit di bawah ekspektasi yang sebesar 25% YoY. Lantas, defisit neraca dagang adalah sebesar US$ 1 miliar, jauh lebih tinggi dari konsensus yang sebesar US$ 645 juta.

Sebelum seluruh data tersebut diumumkan, IHSG diperdagangkan di level 5.862,36 (-1,16% dibandingkan penutupan perdagangan hari Jumat, 14/9/2018), sebelum kemudian berangsur-angsur turun lebih dalam.

Defisit neraca dagang yang lebih besar dari ekspektasi menandakan bahwa masalah bengkaknya defisit neraca berjalan/current account deficit (CAD) masih sulit untuk diatasi. Seperti yang kita ketahui, bengkaknya CAD merupakan biang kerok dari pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini. Hingga akhir perdagangan, rupiah melemah 0,47% di pasar spot ke level Rp 14.870/dolar AS.

Selain karena defisit neraca dagang, pelemahan rupiah juga disebabkan oleh positifnya rilis data ekonomi di Negeri Paman Sam. University of Michigan merilis data Indeks Keyakinan Konsumen periode September 2018 (preliminary) di angka 100,8, jauh di atas ekspektasi pasar yang sebesar 96,7. Sementara itu, produksi industri AS tumbuh sebesar 0,4% MoM pada Agustus 2018, mengungguli ekspektasi pasar yang sebesar 0,3% MoM. Kuatnya rilis data tersebut membuat investor kian yakin bahwa the Federal Reserve akan mengerek suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada tahun ini.

Ketika rupiah melemah secara signifikan, dampaknya bisa ditebak: saham-saham perbankan dilepas investor lantaran ada kekhawatiran mengenai kenaikan rasio kredit bermasalah/non-performing loan; indeks sektor jasa keuangan melemah 1,62%, menjadikannya sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG.

Saham-saham perbankan yang dilepas investor diantaranya: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-4,44%), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-3,99%), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (-3,26%), PT Bank CIMB Niaga Tbk/BNGA (-1,65%), dan PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-0,21%).

Seiring dengan sentimen-sentimen negatif yang ada, investor asing membukukan jual bersih sebesar Rp 394,9 miliar. Saham-saham yang paling banyak dilepas investor asing adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 131,4 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 84,3 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 76,1 miliar), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk/INKP (Rp 49,7 miliar), dan PT Astra International Tbk/ASII (Rp 48,7 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/roy) Next Article IHSG Jatuh Lagi ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular