
Internasional
Saham Nike Melejit Gara-gara Iklan Kontroversial Kaepernick
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
16 September 2018 13:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham Nike menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah, didukung data kenaikan penjualan secara online yang dibukukan perusahaan. Kenaikan penjualan itu terjadi pasca-peluncuran iklan sekaligus kampanye yang menampilkan pemain rugby Colin Kaepernick.
Nike, bagian dari saham blue-chip di indeks Dow Jones, menutup perdagangan dengan harga lembar per saham di level US$83,9 pada Kamis lalu. Lalu pada perdagangan Jumat, saham Nike menanjak ke level US$83,51 per lembar saham.
Kaepernick adalah atlet rugby Amerika Serikat (AS) yang sempat melakukan aksi protes atas sikap rasisme serta kebrutalan aparat kepolisian. Dia menunjukkan kritikannya dengan berlutut saat lagu kebangsaan AS dinyanyikan sebelum pertandingan.
Ia pun masuk daftar hitam Liga Ruby Nasional (NFL) AS.
Rekor Nike itu terjadi 10 hari setelah kampanye promosi "Just Do It" yang dibintangi Kaepernick diluncurkan. Raihan saham Nike itu mendapat berbagai pujian dari media sosial, salah satunya bintang basket, LeBron James.
Kampanye Kaepernick sesungguhnya tak benar-benar berjalan mulus. Seperti di media sosial, mereka yang mencemooh tindakan protes Kaepernick mengajak warganet untuk menghancurkan produk Nike. Selain itu, kritik juga datang dari Presiden AS Donald Trump.
Namun memang banyak pihak yakin cara promosi Nike itu akan mendorong penjualan dari para millenial dan-non kulit putih, bahkan sebelum iklan diresmikan.
Pada Senin, 3 September 2018, promo iklan sempat dihadirkan melalui media sosial dan menjadi viral. Lalu penjualan pada tepat seminggu lalu, hingga hari Selasa naik 31%.
Pada periode enam hari, hingga 9 September, penjualan Nike memang turun 9%. Namun, itu jauh lebih kecil dibanding penurunan 32% di periode sama pada tahun 2017.
"Ada spekulasi kalau kampanye Nike/Kaepernick akan membuat jatuhnya penjualan Nike, namun data tidak mendukung teori tersebut," demikian disampaikan Lembaga Riset Edison Trends, dilansir dari AFP hari Minggu (16/9/2018).
Data dari Edison menunjukkan ada peningkatan penjualan secara signifikan, terutama di kota-kota yang progresif secara politis seperti Maryland dan New Jersey. Di sisi lain, penjualan memang turun di beberapa negara bagian yang lebih konservatif, seperti Idaho dan Wyoming.
(prm) Next Article Siapa Pemilik Nike? Brand dengan Pendapatan Tahunan Rp 705 T
Nike, bagian dari saham blue-chip di indeks Dow Jones, menutup perdagangan dengan harga lembar per saham di level US$83,9 pada Kamis lalu. Lalu pada perdagangan Jumat, saham Nike menanjak ke level US$83,51 per lembar saham.
Kaepernick adalah atlet rugby Amerika Serikat (AS) yang sempat melakukan aksi protes atas sikap rasisme serta kebrutalan aparat kepolisian. Dia menunjukkan kritikannya dengan berlutut saat lagu kebangsaan AS dinyanyikan sebelum pertandingan.
Rekor Nike itu terjadi 10 hari setelah kampanye promosi "Just Do It" yang dibintangi Kaepernick diluncurkan. Raihan saham Nike itu mendapat berbagai pujian dari media sosial, salah satunya bintang basket, LeBron James.
Kampanye Kaepernick sesungguhnya tak benar-benar berjalan mulus. Seperti di media sosial, mereka yang mencemooh tindakan protes Kaepernick mengajak warganet untuk menghancurkan produk Nike. Selain itu, kritik juga datang dari Presiden AS Donald Trump.
Namun memang banyak pihak yakin cara promosi Nike itu akan mendorong penjualan dari para millenial dan-non kulit putih, bahkan sebelum iklan diresmikan.
Pada Senin, 3 September 2018, promo iklan sempat dihadirkan melalui media sosial dan menjadi viral. Lalu penjualan pada tepat seminggu lalu, hingga hari Selasa naik 31%.
Pada periode enam hari, hingga 9 September, penjualan Nike memang turun 9%. Namun, itu jauh lebih kecil dibanding penurunan 32% di periode sama pada tahun 2017.
"Ada spekulasi kalau kampanye Nike/Kaepernick akan membuat jatuhnya penjualan Nike, namun data tidak mendukung teori tersebut," demikian disampaikan Lembaga Riset Edison Trends, dilansir dari AFP hari Minggu (16/9/2018).
Data dari Edison menunjukkan ada peningkatan penjualan secara signifikan, terutama di kota-kota yang progresif secara politis seperti Maryland dan New Jersey. Di sisi lain, penjualan memang turun di beberapa negara bagian yang lebih konservatif, seperti Idaho dan Wyoming.
(prm) Next Article Siapa Pemilik Nike? Brand dengan Pendapatan Tahunan Rp 705 T
Most Popular