Nike Berisiko Terkena Dampak Perang Dagang AS-China

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
21 August 2018 20:24
China adalah pemasok penting sekaligus pasar dengan dampak terbesar bagi banyak perusahaan AS.
Foto: REUTERS/Lucy Nicholson
New York, CNBC Indonesia - Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China berpotensi berdampak kepada industri fesyen. Sejumlah jenama ternama dinilai laman Business of Fashion bakal terkena pengaruh perang dagang tersebut.

Perang dagang dipicu langkah Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif senilai 200 miliar US$ (Rp 2.918 triliun) atas sejumlah produk China. China berjanji akan membalas semua tarif impor AS, tetapi belum mengumumkan respons terkait langkah Trump.

Apabila China memberlakukan strategi serupa seperti yang dilakukan Korea Utara, yaitu menutup toko dan pabrik milik perusahaan Korea Selatan serta melakukan pemboikotan, maka sejumlah merek AS akan menerima ganjaran serupa. Sebab, China adalah pemasok penting sekaligus pasar dengan dampak terbesar bagi banyak perusahaan AS.

Berikut adalah tiga merek yang terancam perang dagang AS-China:

1. Nike

Tahun lalu, China menunjukkan negara itu tidak takut untuk menyerang Nike. Ini setelah sebuah program di stasiun televisi milik negara mengkritisi iklan palsunya. Ini menjadi masalah bagi merek olahraga terbesar di dunia itu karena pertumbuhan yang konsisten di China membantu menstabilkan Nike Inc. ketika perusahaan berjuang mengatasi kompetisi di AS.

Pendapatan perseroan di China melonjak 21% dalam setahun belakangan menjadi 5,13 miliar dolar US$, tumbuh 14% dari total penjualan Nike. Sementara, pendapatan di Amerika Utara turun sekitar 2%. Selain itu, China merupakan pemasok utama dan memproduksi sekitar seperlima dari semua produknya.

2. Michael Kors
Sementara banyak merek AS mengurangi risiko di China, Michael Kors Holdings Ltd. pada dua tahun lalu mengakuisi pengendalian langsung bisnis-bisnisnya di sana dari penerima lisensi. Pembagian itu mencakup lebih dari 100 toko dan pendapatan sekitar 200 juta US$.

Tindakan tersebut dipandang sebagai sebuah langkah untuk mengimbangi penjualan yang melambat di kawasan lainnya. Distributor barang mewah itu juga membuat banyak barang di China, dengan salah satu mitra manufaktur yang menyumbang 20% dari produknya.

3. Steve Madden

Merek sepatu dan tas tangan ini memproduksi 90% lebih produknya dari China. Artinya, segala bentuk gangguan serius ke rantai pasokan akan memberi dampak yang besar. Sementara China untuk saat ini adalah pasar mini untuk Steve Madden Ltd. karena perusahaan memperoleh 90% pendapatannya di AS, kawasan ini adalah sumber pertumbuhan.

"Untuk jangka panjang, kami masih sangat optimis dengan peluang di sana," kata Direktur Eksekutif Steve Madden Edward Rosenfeld dalam telekonferensi dengan para analis bulan lalu. "Kami akan meningkatkan pemasaran."


(miq/miq) Next Article Pandemi, Penjualan Online Produk Nike Melonjak 82%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular