Laba Barito Pacific Turun, Ini Penjelasan dari Direksi

Monica Wareza, CNBC Indonesia
13 September 2018 15:36
Penurunan laba perusahaan ini disebabkan oleh turunnya kontribusi dari entitas anak usahanya dan refinancing sejumlah utang perusahaan.
Foto: Anastasia Arvirianty
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Barito Pasific Tbk (BRPT) pada periode sepanjang semester I-2018 mengalami penurunan laba bersih mencapai 46,68% menjadi US$ 41,64 juta. Penurunan laba perusahaan ini disebabkan oleh turunnya kontribusi dari entitas anak usahanya dan refinancing sejumlah utang perusahaan.

Investor Relation Barito Pasific Allan Alcazar menyebutkan bahwa pada kuartal kedua tahun ini anak usahanya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang mengalami penghentian produksi selama 95 hari sehingga mengurangi pendapatan perusahaan.

"Ditambah lagi dengan naiknya beban karena ada refinancing dari cost Star Energy yang tahun lalu digunakan untuk akuisisi Salak dan Darajat di Maret 2017," kata Allan di Hotel Santika, Jakarta, Kamis (13/9).

Perusahaan melakukan refinancing pinjaman perusahaan sebesar US$ 660 juta kepada bank Tranche menggunakan Senior Secured Notes senilai US$ 580 juta yang akan jtuh tempop pada 2033 mendatang.

Kemudian, beban perusahaan juga meningkat karena adanya sejumlah biaya bunga dari fasilitas pinjaman dari anak usahanya.

Beban tersebut juga ditambah dengan meningkatnya biaya naphta sebesar 29% dari US$ 486/ton menjadi US$ 627 di periode Januari-Juni 2018 ini.

Adapun pada semester I tahun ini perusahaan sudah mengantongi pendapatan dari anak usaha barunya Star Energy. Perusahaan ini telah selesai diakuisisi perusahaan pada 7 Juni 2018 lalu.

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi di akhir Juni lalu perusahaan baru ini sudah berkontribusi pada pendapatan sebesar US$ 260 juta (Rp 3,77 triliun). Jumlah tersebut termasuk kontribbusi dari aset panas bumi SalakĀ  dan Darajat.

Dalam siaran pers yang disampaikan perseroan, Direktur Utama Perseroan, Agus Pangestu, menjelaskan bahwa laporan keuangan yang disampaikan perseroan sudah mencakup konsolidasi keuangan Star Energy setelah mengakuisisi 66,67% kepemilikan pada 7 Juni 2018.

Jika menggunakan standar akuntansi keuangan Indonesia, akuisisi Perseroan terhadap Star Energy dianngap sebagai kombinasi bisnis antara entitas sepengendali (PSAK 38). Oleh karena itu, dalam laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya, yang menjadi pembanding laporan tahun ini, disajikan kembali seolah- olah Star Energy telah dikonsolidasikan kedalam BRPT sejak 2015.

"Setelah mengakuisisi 66,67% kepemilikan di Star Energy pada Juni 2018, hasil kinerja keuangan semester I-2018 kami mencakup kontribusi yang kuat dari bisnis panas bumi, yang menopang kinerja keuangan dari bisnis petrokimia," kata Agus.

PT Chandra Asri Tbk (TPIA), yang merupakan anak usaha BRPT, masih memberikan hasil operasional dan keuangan yang sangat baik dengan marjin produk yang sehat.

Secara keseluruhan, lanjut Agus, kinerja keuangan BRPT tetap sehat dengan marjin EBITDA sebesar 27,8% dengan rasio keuangan yang kuat dengan tingkat utang bersih / EBITDA sebesar 1,8x secara konsolidasi.

"Kami tetap optimis terhadap prospek jangka panjang industri petrokimia, dan akan tetap menjalankan rencana-rencana ekspansi kami dan berkeyakinan bahwa kontribusi dari bisnis panas bumi akan terus mendukung kinerja keuangan kami di masa mendatang," kata Agus.
(hps) Next Article Beban Meningkat, Laba Bersih Barito Pacific Anjlok 46,68%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular