Riset Bank Mandiri: Suka Tak Suka BBM Harus Naik!

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
12 September 2018 11:10
Berbagai upaya dilakukan pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas perekonomian
Foto: Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan (kiri) bersama Andry Asmoro (kanan) dalam acara Macroeconomic Outlook Semester II-2018 Bank Mandiri (CNBC Indonesia/Lidya Julita S)
Jakarta, CNBC Indonesia - Berbagai upaya dilakukan pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas perekonomian, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah yang dalam beberapa bulan terakhir tertekan.

Teranyar, pemerintah mewajibkan penggunaan B20 dan menaikkan tarif pajak impor barang konsumsi untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan (CAD) yang selama ini jadi biang kerok pelemahan rupiah.

Bahkan, pemerintah saat ini tengah menyisir sejumlah proyek strategis, terutama yang mengandung bahan baku impor tinggi untuk ditunda pelaksanannya, minimal sampai 3 tahun.

Riset Bank Mandiri: Suka Tak Suka BBM Harus Naik!Foto: Peluncuran Mandatori B20 di Lapangan Kementerian Keuangan, Jumat (31/8/2018) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)


Meski demikian, masih ada satu cara yang dianggap mutakhir untuk meredam pelemahan rupiah, yaitu dengan menyesuaikan harga bahan bakar minyak sesuai dengan harga keekonomiannya.

"Salah satu obat ideal mengurangi tekanan rupiah adalah dengan menyesuaikan harga bahan bakar minyak," tulis tim riset Bank Mandiri dalam Econmark edisi Juli, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (12/9/2018).

BACA: Perdagangan Migas Defisit, Ini Penjelasan Jonan

Tim riset Bank Mandiri memahami, kebijakan untuk melakukan penyesuaian harga bensin sangat tidak populer, apalagi menjelang tahun politik. Namun, jika harga tetap akan ada berbagai risiko.

Pertama, pemerintah mau tidak mau menambah alokasi anggaran subsidi untuk Pertamina, yang pada akhirnya akan menambah beban pada pembiayaan. Bukan tidak mungkin, defisit anggaran bisa membengkak.

BACA : Tak Ingin Rupiah dan BUMN Jadi Korban? BBM Harus Naik!

"Strategi ini mungkin tidak mudah dilaksanakan, karena pemerintah sekarang memprioritaskan stabilitas melalui pengurangan defisit anggaran,"

Kedua, beban keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor energi tersebut akan kesulitan, karena harus menanggung selisih dari kenaikan harga minyak dunia.

Tim riset Bank Mandiri memproyeksikan, kas keuangan Pertamina akan tertekan sebesar Rp 2,8 triliun untuk setiap US$ 1 kenaikan harga minyak dunia. Ini belum memperhitungkan dampak depresiasi nilai tukar.

BACA: Ketika Rupiah Anjlok, Harga BBM Sempat Dinaikkan!

Setiap Rp 100 depresiasi rupiah terhadap dolar AS, kerugian operasional perusahaan pelat merah tersebut diperkirakan mencapai Rp 1,6 triliun.

Meski demikian, pemerintah diperkirakan tetap menahan harga bensin minimal sampai pemilihan presiden 2019 selesai. Tim riset Bank Mandiri menyebut, ada kemungkinan pemerintah mengambil opsi kedua.



(dru) Next Article Dolar Tembus Rp 14.410, Ini Situasi Money Changer di Jakarta

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular