Greenback Ganas, Rupiah di Kisaran Rp 14.822-Rp14.911/US$

Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
12 September 2018 08:52
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan belum sampai Rp 15.000
Foto: Ilustrasi Money Changer (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah diperkirakan bergerak pada level Rp 14.822 hingga Rp 14.911 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Rabu (12/9/2018).

Hal itu disampaikan Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro, dengan memperhatikan pula beberapa faktor lain.

Pada Senin (10/9/2018), rupiah menguat 0,5% ke level Rp 14.857 per dolar AS, atau melemah 9,5% sepanjang tahun atau year-to-date (ytd). Sementara itu indeks dolar AS (USDX) menguat 0,09% ke level 95,4.

Sementara itu, sentimen dari pasar saham dipengaruhi oleh kinerja bursa saham AS, Wall Street yang positif. Pada perdagangan Selasa (11/9/2018), ditutup menguat. Dow Jones menguat 0,44% ke level 25.971,1 dan S&P naik 0,37% ke level 2.887,9, seiring bagaimana bank sentral AS menjaga pengetatan.

Dari bursa Eropa, terjadi pergerakan beragam. Bursa Jerman, DAX melemah 0,13% dan bursa Prancis CAC 40 menguat 0,27%.

Pasar saham masih dihantui potensi penguatan mata uang dolar AS terhadap mata uang dunia, termasuk Indonesia. Pasalnya, data-data ekonomi AS masih terus membawa berita positif.

Pembukaan lapangan kerja (Job Openings and Labor Turnover Summary/JOLTS) periode Juli 2018 tercatat 6,94 juta, yang merupakan capaian tertinggi sepanjang sejarah. Capaian tersebut mampu melampaui ekspektasi pasar sebesar 6,68 juta.

Data ini bisa semakin mengonfirmasi bahwa The Federal Reserve/The Fed akan menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan ini. Berdasarkan CME Fedwatch, kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 2-2,25% pada rapat 26 September mencapai 98,4%.

Kenaikan suku bunga ditempuh untuk mengerem laju perekonomian AS yang semakin kencang agar tidak terjadi overheating. Meski tujuannya untuk mengerem laju pertumbuhan ekonomi, tetapi kenaikan suku bunga acuan punya dampak lain yaitu menarik arus modal.

Saat suku bunga naik, imbalan investasi (terutama di instrumen berpendapatan tetap) akan naik sehingga menarik minat investor. Akibatnya, arus modal berkerumun di sekitar dolar AS dan instrumen berbasis mata uang tersebut.

Harga greenback pun semakin mahal karena banyak peminat. Dolar AS yang menguat bakal menekan mata uang lain, bukan tidak mungkin rupiah menjadi salah satu korbannya.

Sentimen keempat adalah dari dalam negeri yaitu rilis data penjualan ritel. Bank Indonesia (BI) mencatat penjualan ritel periode Juli 2018 tumbuh 2,9% secara year-on-year (YoY). Lebih baik ketimbang bulan sebelumnya yaitu 2,3% YoY, apalagi periode yang sama pada 2017 yang terkontraksi -3,3% YoY.

Menurut BI, pertumbuhan penjualan ritel Juli 2018 terbantu oleh musim tahun ajaran baru serta dampak dari pencairan gaji ke-13 bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pensiunan. Faktor itu ternyata sangat membantu daya beli masyarakat sehingga tidak terlalu anjlok selepas Ramadan-Idul Fitri.

(hps) Next Article Rupiah Loyo, BI: Hanya Sementara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular