Rupiah Terbaik Kedua di Asia, Tapi Masih Wajib Waspada

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 September 2018 08:36
Rupiah Terbaik Kedua di Asia, Tapi Masih Wajib Waspada
Foto: Warga melakukan transaksi penukaran mata uang asing di salah satu pusat penukaran mata uang di Jakarta.
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan pagi ini. Rupiah mampu menguat di tengah dolar AS yang cenderung terapresiasi di Asia. 

Pada Rabu (12/9/2018), US$ 1 dihargai Rp 14.820 kala pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,22% dibandingkan penutupan perdagangan sebelum libur Tahun Baru Hijriah. 

Namun seiring perjalanan pasar, penguatan rupiah agak berkurang. Pada pukul 08:27 WIB, US$ 1 berada di Rp 14.840 di mana apresiasi rupiah tinggal tersisa 0,08%. 

Rupiah melemah 0,25% pada perdagangan awal pekan ini. Kemarin, pasar keuangan Indonesia tutup, dan hari ini rupiah dibuka menguat tanpa mengalami jetlag. 

Di Asia, dolar AS bergerak variatif. Selain rupiah, mata uang lain yang mampu menguat di hadapan greenback adalah yen Jepang, dolar Taiwan, dan peso Filipina. Namun dengan penguatan 0,08% sudah cukup membuat rupiah jadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia pagi ini di bawah yen. 

Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia pada pukul 08:28 WIB: 




Rupiah dan segelintir mata uang Asia mampu memanfaatkan situasi dolar AS yang agak tertekan. Pada pukul 08:16 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,11%. 

Dolar AS tertekan akibat optimisme pembicaraan dagang AS-Kanada yang berlanjut saat ini. Setelah dua kali gagal, Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland dan delegasinya kembali bertandang ke Washington untuk membicarakan perundingan dagang terkait pembaruan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). 

Dialog ini dimulai pada akhir pekan lalu, dan Freeland kemudian menyusul ke Washington untuk berbicara dengan Kepala Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer. Freeland menyebut pembicaraan Washington-Ottawa berlangsung konstruktif dan produktif. 

"Kami sepakat untuk kembali berunding hari ini. Kami kembali untuk bernegosiasi," ujar Freeland, dikutip dari Reuters. 

Namun, optimisme ini agak tertutup oleh sentimen perdagangan lainnya yaitu AS vs China. Sepertinya dua kekuatan ekonomi terbesar dunia ini masih gontok-gontokan

Beijing telah melapor kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai kebijakan AS yang dianggap merugikan, yaitu bea masuk anti-dumping, terhadap berbagai produk Negeri Tirai Bambu. China mengeluh karena kebijakan ini merugikan mereka hingga US$ 7,04 miliar per tahun. Oleh karena itu, China meminta restu kepada WTO untuk menerapkan kebijakan serupa dengan nilai yang sama bagi produk-produk made in USA

Perkembangan ini kian memanaskan friksi dagang Washington-Beijing. Perang dagang AS-China adalah isu yang sangat dipantau oleh pelaku pasar dunia, karena bisa menentukan nasib pertumbuhan ekonomi global.

Jika hubungan AS-China terus memburuk dan saling hambat dalam perdagangan, maka dampaknya adalah kepada seluruh negara di dunia. Oleh karena itu, investor akan cenderung bermain aman saat tensi perang dagang meninggi. Aset-aset berisiko, apalagi di negara berkembang, akan ditanggalkan dan investor berlindung di bawah naungan safe haven.  

Namun hari ini dolar AS bukanlah safe haven pilihan investor, karena ada sedikit euforia terkait perkembangan negosiasi AS-Kanada. Investor lebih memilih yen sebagai safe haven utama, sehingga mata uang Negeri Matahari Terbit bisa menguat. 

Rupiah pun bisa menyalip di tikungan. Sejauh ini rupiah mampu memanfaatkan posisi greenback yang tertekan. 

Meski demikian, rupiah tetap mesti waspada karena apresiasinya cenderung menipis. Dolar AS masih punya tenaga untuk kembali memimpin. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular