IHSG Anjlok 3,76%, OJK: Didorong Investor yang Tak Rasional

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
06 September 2018 15:42
Anjloknya IHSG kemarin karena rupiah melemah ke Rp 14.900/US$ dan investor menanggapinya dengan aksi jual saham besar-besaran.
Foto: Seorang pria berjalan melewati layar di gedung Bursa Efek Indonesia di Jakarta. (Reuters/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen angkat bicara soal anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pada Rabu (5/9/2018) IHSG sempat anjlok mendekati 5% namun pada penutupan perdagangan koreksi IHSG mengecil menjadi 3,76% menjadi 5.683,5 poin.

Hoesen mengatakan terpuruknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin disebabkan oleh pelaku pasar yang bersikap tidak rasional.

Menurutnya, pelemahan rupiah hingga level Rp 14.900/US$ menjadi sentimen buruk yang ditanggapi sangat berlebihan oleh para investor terutama investor domestik.

"Tidak rasional, that's the point. Seharusnya kan sadar investasi seperti apa, kenapa tidak lakukan investasi malah anda keluar, ini udah fit-in semua padahal," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (6/9/18).

Selaku otoritas, OJK memastikan bahwa gejolak yang terjadi pada pasar modal dalam negeri saat ini merupakan dinamika pasar semata.

Menurutnya, para pelaku pasar harus lebih memahami tujuan investasi yang dilakukannya selama ini. Mengingat positifnya kinerja berbagai emiten sejauh ini, dipastikan memberikan imbal balik yang maksimal ke depannya.

"Banyak perusahaan teman-teman analis dari pagi meyakinkan kemarin valuasi kita rendah, coba tolong ditulis saham-saham valuasi emiten kita price to book value (PBV) berapa, price earning (PE) berapa sekarang. Berarti kalau PE murah kondisi normal berburu kan, jadi sekarang udah di bawah kenapa orang ga beli ?" tambahnya.

Lebih lanjut, mengatasi situasi tersebut OJK bersama dengan regulator pasar modal lainnya saat ini gencar melakukan pemahaman kepada para investor khususnya yang berada di berbagai daerah mengenai ketahanan pasar yang masih menguat.

Selain itu, otoritas juga sangat terbuka dan memperbolehkan para pelaku pasar untuk melakukan short selling, bila kondisi pasar sedang mengalami tekanan selama mengikuti ketentuan dan peraturan yang ada selama ini.

"Itu semua harus terbuka ke Bursa, karena itu merupakan salah satu strategi. Perencanaan kami ya kami ke pasar secara langsung jelaskan juga instrumen investasi itu bukan hanya saham, tapi reksa dana dan produk lainnya," ungkapnya.


(roy) Next Article Kawal Janji Manis Pimpinan OJK Baru, Ini PR Yang Menanti

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular