Perdagangan Migas Defisit, Ini Penjelasan Jonan

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
05 September 2018 16:30
Lifting Migas Meningkat, Neraca Migas Tertolong
Foto: Ignasius Jonan (CNBC Indonesia/Anastasia Arvirianty)
Sebagai negara penyandang status net importir minyak, salah satu alasan yang mendorong membengkaknya defisit migas di tahun ini adalah naiknya harga minyak dunia.

Rata-rata harga minyak jenis Brent berada di kisaran US$45,17/barel di tahun 2016. Sedangkan, rata-rata harganya di tahun 2017 tercatat sebesar US$54,78/barel, atau terjadi peningkatan sebesar 21,27% YoY. Di sepanjang tahun berjalan ini, harga minyak Brent juga masih tercatat menanjak di kisaran 17% hingga perdagangan kemarin, yakni berada di level US$78,17/barel.



Meski demikian, Menteri Jonan berpendapat, kenaikan harga minyak dunia justru membawa berkah bagi penerimaan negara. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Kementerian ESDM, total penerimaan negara dari lifting migas pada semester I-2018 mencapai US$6,57 miliar (Rp 98,45 triliun). Jumlah sebesar itu meningkat nyaris US$1,89 miliar (Rp 28,32 triliun) dari capaian semester I-2017 yang sebesar US$4,68 miliar (Rp 70,13 triliun). Angka sebesar itu mampu mengompensasi anjloknya defisit neraca perdagangan migas di periode Januari-Juni 2018 ini. Mengutip data neraca sektor migas dari Kementerian ESDM, defisit sektor migas pada semester I-2018 “hanya” sebesar US$270 juta (Rp 4,04 triliun). Angka itu diperoleh dari defisit perdagangan migas sebesar US$6,84 miliar (Rp 102,49 triliun) ditambah pendapatan negara dari lifting migas sebesar US6,57 miliar (Rp 98,45 triliun).


Sebagai catatan, defisit sektor migas di semester I-2018 bahkan terpantau turun nyaris 50% dari defisit sektor migas di semester I-2017 yang sebesar US$510 juta (Rp 764,21 triliun).

(RHG/wed)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular