
Koreksi Melebar, Yield Obligasi Pemerintah Dekati 8,5%
Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
05 September 2018 15:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah masih terkoreksi pada siang hari ini, besaran koreksi bertambah dibanding perdagangan pagi. Pelemahan tersebut membuat tingkat imbal hasil (yield) seri 10 tahun hampir menembus level psikologis 8,5%.
Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Siang ini, seri acuan 5 tahun mengalami kenaikan yield 14 basis poin (bps) sehingga membuat posisi yield-nya berada pada 8,33%. Kenaikan yield tersebut lebih tinggi dibanding posisi tadi pagi yaitu 4 bps menjadi 8,23%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan 20 tahun juga mengalami kenaikan yield 3 bps menjadi 8,94%. Posisi itu hanya berselisih 6 bps dengan level psikologis 9%.
Rerata pergerakan yield juga semakin melebar, yaitu 8 bps dari pergerakan tadi pagi hanya 5 bps.
Posisi yield seri acuan tersebut masih menjadi rekor tertinggi sejak awal 2016, masing-masing pada Januari-Maret 2016.
Yield SBN tersebut menjadi yang tertinggi sejak 4 Februari 2016 untuk seri 5 tahun pada 8,09% dan 22 Januari 2016 untuk tenor 10 tahun 8,49%.
Adanya pergerakan di pasar SBN hingga siang, membuat rekor tertinggi semakin mundur hingga mendekati akhir 2015.
Selisih (spread) SBN 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) bertenor serupa menembus 555 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,88% dan SBN tenor 10 tahun 8,44%.
Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Pergerakan yield US Treasury AS tersebut mengindikasikan adanya pergerakan dana investor global ke pasar AS dibandingkan stagnansi yang terjadi pada sesi pagi.
Namun, jika hari ini pergerakan yield seri acuan dan seri lain bertahan hari ini dan tidak kembali membesar, maka hal itu mencerminkan adanya redaman tekanan jual dibanding tiga hari terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Asing Setop Berjualan, Pasar Obligasi Menguat
Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Siang ini, seri acuan 5 tahun mengalami kenaikan yield 14 basis poin (bps) sehingga membuat posisi yield-nya berada pada 8,33%. Kenaikan yield tersebut lebih tinggi dibanding posisi tadi pagi yaitu 4 bps menjadi 8,23%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan 20 tahun juga mengalami kenaikan yield 3 bps menjadi 8,94%. Posisi itu hanya berselisih 6 bps dengan level psikologis 9%.
Rerata pergerakan yield juga semakin melebar, yaitu 8 bps dari pergerakan tadi pagi hanya 5 bps.
Posisi yield seri acuan tersebut masih menjadi rekor tertinggi sejak awal 2016, masing-masing pada Januari-Maret 2016.
Yield SBN tersebut menjadi yang tertinggi sejak 4 Februari 2016 untuk seri 5 tahun pada 8,09% dan 22 Januari 2016 untuk tenor 10 tahun 8,49%.
Posisi yield juga menjadi yang tertinggi untuk seri 15 tahun sejak 1 Maret 2016 ketika berada di 8,63%. Selain itu, seri acuan 20 tahun juga mengalami yield tertinggi sejak 11 Januari 2016 ketika berada di 8,97%.
Adanya pergerakan di pasar SBN hingga siang, membuat rekor tertinggi semakin mundur hingga mendekati akhir 2015.
![]() |
Selisih (spread) SBN 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) bertenor serupa menembus 555 bps. Yield US Treasury 10 tahun mencapai 2,88% dan SBN tenor 10 tahun 8,44%.
Spread yang melebar, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, seharusnya membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek.
Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.
Pergerakan yield US Treasury AS tersebut mengindikasikan adanya pergerakan dana investor global ke pasar AS dibandingkan stagnansi yang terjadi pada sesi pagi.
Namun, jika hari ini pergerakan yield seri acuan dan seri lain bertahan hari ini dan tidak kembali membesar, maka hal itu mencerminkan adanya redaman tekanan jual dibanding tiga hari terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Asing Setop Berjualan, Pasar Obligasi Menguat
Most Popular