
Rupiah Melemah Ancam Kinerja Kalbe Farma, Berkah Bagi Sritex
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
05 September 2018 08:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap mata uang Amerika Serikat (AS) menembus level baru ke Rp 14.900/US$. Pelemahan rupiah tersebut turut memberikan tekanan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup melemah kemarin Selasa (4/9/18).
Sektor industri dasar merupakan sektor yang terkoreksi paling dalam hingga 2,45%, diikuti kemudian oleh sektor infrastruktur (-1,9%) dan sektor pertambangan (-1,33%).
Lantas, bagaimana kabar emiten-emiten yang dinilai mendapatkan pengaruh maupun dampak langsung akibat depresiasi rupiah saat ini.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Vidjongtius mengatakan rupiah yang melemah bisa berdampak terhadap kenaikan harga-harga produk milik perseroan.
Ia memberikan simulasi, bila depresiasi rupiah terjadi di kisaran 8%, maka menyebabkan biaya produksi naik sekitar 2% hingga 3%. "Jadi kami akan melakukan peningkatan efisiensi melalui supply chain dan proses serta distribusi," ungkapnya kepada CNBC Indonesia.
Selain itu, perseroan akan menaikan harga jual produk-produknya dalam menekan biaya produksi yang meningkat tersebut. Beberapa produk yang diperkirakan naik diantaranya produk obat bebas dan nutrisi.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex Welly Salim mengatakan bahwa pelemahan rupiah dinilai tidak berdampak negatif bagi perseroan.
Sebagai eksportir produk, tekanan terhadap rupiah justru memberikan dampak positif bagi Sritex yang mayoritas hasil produknya didistribusikan ke luar negeri.
"Untuk pelemahan rupiah akan memberikan dampak positif kepada eksportir dan Sritex merupakan eksportir yang porsi ekspornya pada akhir tahun ini sekitar 58% dari total penjualan," ujar Welly.
(roy) Next Article Rupiah Tembus Rp 14.900/US$, Saham Kalbe Farma Turun 2,56%
Sektor industri dasar merupakan sektor yang terkoreksi paling dalam hingga 2,45%, diikuti kemudian oleh sektor infrastruktur (-1,9%) dan sektor pertambangan (-1,33%).
Ia memberikan simulasi, bila depresiasi rupiah terjadi di kisaran 8%, maka menyebabkan biaya produksi naik sekitar 2% hingga 3%. "Jadi kami akan melakukan peningkatan efisiensi melalui supply chain dan proses serta distribusi," ungkapnya kepada CNBC Indonesia.
Selain itu, perseroan akan menaikan harga jual produk-produknya dalam menekan biaya produksi yang meningkat tersebut. Beberapa produk yang diperkirakan naik diantaranya produk obat bebas dan nutrisi.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex Welly Salim mengatakan bahwa pelemahan rupiah dinilai tidak berdampak negatif bagi perseroan.
Sebagai eksportir produk, tekanan terhadap rupiah justru memberikan dampak positif bagi Sritex yang mayoritas hasil produknya didistribusikan ke luar negeri.
"Untuk pelemahan rupiah akan memberikan dampak positif kepada eksportir dan Sritex merupakan eksportir yang porsi ekspornya pada akhir tahun ini sekitar 58% dari total penjualan," ujar Welly.
(roy) Next Article Rupiah Tembus Rp 14.900/US$, Saham Kalbe Farma Turun 2,56%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular