Meneropong Nasib Rupiah Sampai Akhir Tahun dan 2019
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 September 2018 20:46

Dari dalam negeri, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) memang melakukan beberapa kebijakan untuk melindungi rupiah. Dari otoritas moneter, Perry Warjiyo dan kolega telah menaikkan suku bunga acuan 125 basis poin sepanjang tahun ini. Perry menjanjikan bahwa BI akan selalu preemtif, front loading, dan ahead the curve. Artinya, BI akan selalu berupaya antisipatif terhadap perkembangan domestik dan global.
Saat The Fed meneruskan kenaikan suku bunga tahun depan, ada kemungkinan BI juga akan melakukan hal serupa. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar pasar keuangan Indonesia tetap atraktif, karena bisa menawarkan imbalan lebih.
Sementara pemerintah mencoba menyelamatkan rupiah dan transaksi berjalan dengan upaya pengendalian impor. Caranya adalah aturan kewajiban pencampuran bahan bakar diesel/solar dengan bahan bakar nabati sebanyak 20%.
Dengan begitu, beban impor migas akan berkurang dan membantu transaksi berjalan. Impor yang turun akan menjaga devisa tetap di dalam negeri sehingga rupiah punya dasar untuk menguat.
Namun dampak dari kebijakan ini belum terbukti mampu membalik transaksi berjalan dari defisit menjadi surplus. Sebab untuk membuatnya menjadi surplus, dibutuhkan kebijakan yang lebih struktural yaitu pembangunan industri dalam negeri untuk mendorong ekspor dan mengurangi ketergantungan impor. Ini adalah kebijakan jangka panjang, tidak bisa selesai dalam setahun.
Oleh karena itu, tahun depan sepertinya masih menantang bagi rupiah. Situasi domestik dan eksternal belum terlalu mendukung bagi mata uang Tanah Air...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed)
Saat The Fed meneruskan kenaikan suku bunga tahun depan, ada kemungkinan BI juga akan melakukan hal serupa. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar pasar keuangan Indonesia tetap atraktif, karena bisa menawarkan imbalan lebih.
Sementara pemerintah mencoba menyelamatkan rupiah dan transaksi berjalan dengan upaya pengendalian impor. Caranya adalah aturan kewajiban pencampuran bahan bakar diesel/solar dengan bahan bakar nabati sebanyak 20%.
Namun dampak dari kebijakan ini belum terbukti mampu membalik transaksi berjalan dari defisit menjadi surplus. Sebab untuk membuatnya menjadi surplus, dibutuhkan kebijakan yang lebih struktural yaitu pembangunan industri dalam negeri untuk mendorong ekspor dan mengurangi ketergantungan impor. Ini adalah kebijakan jangka panjang, tidak bisa selesai dalam setahun.
Oleh karena itu, tahun depan sepertinya masih menantang bagi rupiah. Situasi domestik dan eksternal belum terlalu mendukung bagi mata uang Tanah Air...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/wed)
Pages
Most Popular