Simak 6 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
02 September 2018 18:50
Perhatikan Data Ekonomi Dalam Negeri Ini
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Ketiga, rilis data inflasi Indonesia periode Agustus 2018 pada hari Senin (3/9/2018).  Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan laju inflasi sebesar 0,07% secara bulanan (month-to-month/MtM). Kemudian inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) diperkirakan 3,33%. Sedangkan inflasi inti YoY ada di 2,89%.

Bila realisasi inflasi sesuai dengan konsensus, maka laju inflasi 2018 akan melambat lumayan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Pada Juli, inflasi MtM ada di 0,28%. Hal ini terjadi seiring siklus penurunan permintaan setelah mencapai puncaknya pada periode Ramadhan-Idul Fitri. Meski begitu, secara tahunan malah terjadi akselerasi yang cukup tajam karena inflasi Juli secara YoY adalah 3,18%.

Inflasi inti juga menunjukkan akselerasi, karena posisi Juli ada di 2,87% YoY. Hal ini bisa menjadi pertanda bahwa konsumsi masyarakat masih menggeliat.
Oleh karena itu, apabila realisasi inflasi (khususnya peningkatan inflasi inti) ternyata sesuai ekspektasi pasar, hal ini bisa menjadi berita baik bagi saham-saham sektor konsumsi dan perbankan yang sejatinya sangat erat dengan konsumsi masyarakat.

Keempat, rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Agustus 2018 pada hari Kamis (6/9/2018). Data ini akan memberikan konfimasi lebih lanjut terkait perbaikan daya beli masyarakat di tahun ini.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat IKK pada Juli 2018 sebesar 124,8, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 128,1 atau terkoreksi 2,58% MtM. Hal ini nampaknya juga dipengaruhi momentum Ramadhan-Idul Fitri yang sudah berlalu.

Apabila, ternyata IKK bulan lalu mampu pulih, tentu akan kembali menjadi kabar baik bagi saham-saham konsumsi dan perbankan. Namun, apabila ternyata semakin melambat, pelaku pasar justru perlu mewaspadai saham-saham di dua sektor tersebut.

Kelima, rilis data cadangan devisa RI periode Agustus 2018 pada hari Jumat (7/9/2018). Per Juli 2018, cadangan devisa berada di posisi US$118,3 miliar atau anjlok US$ 1,5 miliar dibandingkan periode sebelumnya. Angka ini merupakan yang terendah sejak Januari 2017.

Jika dihitung sejak akhir 2017, cadangan devisa RI sudah anjlok hingga US$11,9 miliar (Rp172 triliun). Cadangan devisa terus terkuras karena menahan agar nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak terus terperosok. Sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YTD), nilai tukar rupiah sudah anjlok hingga 8,55% terhadap dolar AS.

Jika cadangan devisa RI kembali tergerus dalam jumlah yang signifikan pada bulan lalu, maka hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya rupiah masih berada dalam tekanan besar. Persepsi investor mengenai Indonesia bisa memburuk lantaran dianggap rentan terhadap risiko-risiko yang ada. Investor lantas tidak akan segan melepas aset-aset berbasis rupiah, yang akhirnya menekan pasar keuangan dalam negeri. (RHG/RHG)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular