
Asing Mulai Ambil Untung, Saham PTBA Turun 2,64%
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
31 August 2018 17:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada perdagangan hari ini paling banyak dilepas investor asing. Akumulasi jual yang besar tersebut tampaknya merupakan aksi ambil untung pemodal asing, setelah menyimak nilai tukar rupiah terus mengalami tekanan.
Nilai jual bersih (net sell) saham PTBA pada perdagangan hari ini mencapai Rp 172,57 miliar dari total nilai transaksi Rp 481,92 miliar. Ini membuat harga saham Bukit Asam turun 2,64% ke level harga Rp 4.050/saham.
PTBA merupakan saham paling banyak kedua diborong asing dari awal tahun hingga hari ini. Total nilai akumulasi net buy saham ini mencapai Rp 2,42 triliun, di bawah net buy saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencapai Rp 3,04 triliun.
Harga batu bara yang terus naik dan harga minyak tinggi menjadi pendorong utama penguatan harga saham PTBA dari awal tahun ini. Secara year to date, harga saham Bukit Asam sudah naik 64,63%.
Kenaikan harga saham Bukit Asam bisa lebih tinggi, jika harga saham produsen batu bara ini tidak terkoreksi 10,79% dalam sebulan terakhir.
(hps/roy) Next Article Produksi Batu Bara PTBA H1 2021 13 Juta Ton, Naik 10,6%
Nilai jual bersih (net sell) saham PTBA pada perdagangan hari ini mencapai Rp 172,57 miliar dari total nilai transaksi Rp 481,92 miliar. Ini membuat harga saham Bukit Asam turun 2,64% ke level harga Rp 4.050/saham.
Kenaikan harga saham Bukit Asam bisa lebih tinggi, jika harga saham produsen batu bara ini tidak terkoreksi 10,79% dalam sebulan terakhir.
PTBA hingga 2022 menetapkan target lima pengembangan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Rencana tersebut merupakan bagian target total pembangkit listrik berkapasitas 2.400 MW milik perseroan.
Untuk memperkuat bisnis dibidang energi, khususnya pembangkit, perseroan telah mengoperasikan sekitar tiga PLTU yang masing-masing diantaranya berlokasi di Banjarsari (2x100 MW) dengan kebutuhan batu bara 1 juta ton/tahun, lalu PLTU Tanjung Enim (3x10 MW) dengan kebutuhan batu bara 0,15 juta ton per tahun dan PLTU Pelabuhan Tarahan (2x8 MW) dengan kebutuhan batu bara 100 ribu ton/tahun.
Sementara itu, proyek PLTU terdekat perseroan sedang membangun PLTU Kuala Tanjung (2X350 MW) yang dioperasikan secara komersial pada 2020 mendatang. Total kebutuhan batu bara pada lokasi terdebut yaitu 3 juta ton dengan nilai investasi US$ 950 juta.
Dilanjutkan dengan PLTU Pomalaa (2x30 MW) dengan target akuisisi pada tahun ini senilai US$ 75 juta, dilanjutkan dengan PLTU Halmahera Timur (2x40 MW) yang ditargetkan beroperasi pada 2021/2022 mendatang senilai US$ 150 juta.
Disamping itu, proyek pembangkit listrik dengan sistem tender dan kerjasama diantaranya PLTU Sumsel 8 (2x620 MW) yang diperkirakan beropeasi pada 2021/2022 mendatang dengan nilai investasi US$ 1,6 miliar. Diperkirakan konsumsi batu bara pada PLTU tersebut sebesar 5,4 juta ton.
Terakhir, Pembangkit Listrik Tenaga Surya/PLTS berlokasi di Sumatera Selatan (100 MW) dengan nilai investasti US$ 197 juta dan diperkirakan beroperasi pada 2022 mendatang.
Untuk memperkuat bisnis dibidang energi, khususnya pembangkit, perseroan telah mengoperasikan sekitar tiga PLTU yang masing-masing diantaranya berlokasi di Banjarsari (2x100 MW) dengan kebutuhan batu bara 1 juta ton/tahun, lalu PLTU Tanjung Enim (3x10 MW) dengan kebutuhan batu bara 0,15 juta ton per tahun dan PLTU Pelabuhan Tarahan (2x8 MW) dengan kebutuhan batu bara 100 ribu ton/tahun.
Sementara itu, proyek PLTU terdekat perseroan sedang membangun PLTU Kuala Tanjung (2X350 MW) yang dioperasikan secara komersial pada 2020 mendatang. Total kebutuhan batu bara pada lokasi terdebut yaitu 3 juta ton dengan nilai investasi US$ 950 juta.
Dilanjutkan dengan PLTU Pomalaa (2x30 MW) dengan target akuisisi pada tahun ini senilai US$ 75 juta, dilanjutkan dengan PLTU Halmahera Timur (2x40 MW) yang ditargetkan beroperasi pada 2021/2022 mendatang senilai US$ 150 juta.
Disamping itu, proyek pembangkit listrik dengan sistem tender dan kerjasama diantaranya PLTU Sumsel 8 (2x620 MW) yang diperkirakan beropeasi pada 2021/2022 mendatang dengan nilai investasi US$ 1,6 miliar. Diperkirakan konsumsi batu bara pada PLTU tersebut sebesar 5,4 juta ton.
Terakhir, Pembangkit Listrik Tenaga Surya/PLTS berlokasi di Sumatera Selatan (100 MW) dengan nilai investasti US$ 197 juta dan diperkirakan beroperasi pada 2022 mendatang.
(hps/roy) Next Article Produksi Batu Bara PTBA H1 2021 13 Juta Ton, Naik 10,6%
Most Popular