PTBA Serius Bisnis Pembangkit, Harga Saham Terkerek Naik

Tito Bosnia, CNBC Indonesia
16 August 2018 14:50
Harga saham PTBA naik 3,23% ke level harga Rp 4.160/saham dalam sesi-II perdagangan hari ini.
Foto: CNBC Indonesia/Monica Ramadhona
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) terus menguat pada perdagangan hari ini, setelah perseroan menyampaikan rencana bisnis 2018. Harga saham PTBA naik 3,23% ke level harga Rp 4.160/saham dalam sesi-II perdagangan hari ini.

Langkah pemerintah menambah kuota produksi batu bara beberapa perusahaan sebanyak-banyaknya 25 juta ton, dinilai tidak memengaruhi kinerja harga saham perseroan. Selain itu, saham perseroan juga akan didepak dari MSCI global small cap Indonesia indeks pada 31 Agustus nanti.

Secara kinerja, PTBA pada semester I tahun ini mengalami kenaikan penjualan batu bara secara YoY yaitu 7,6% menjadi 12,2 juta ton serta produksi batu bara yang tumbuh 18,9% YoY menjadi 11,2 juta ton.

Pendapatan pada periode tersebut juga tumbuh 17,4% YoY menjadi Rp 10,5 triliun dan laba bersih YoY 49,4% menjadi Rp 2,6 triliun. Perseroan juga berhasil meningkatkan kapasitas angkutan batu bara melalui moda kereta api yang naik 8,5% YoY menjadi 11,1 juta ton.

Lantas, hingga 2022 mendatang, perseroan telah menetapkan target lima pengembangan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Rencana tersebut merupakan bagian target total pembangkit listrik berkapasitas 2.400 MW milik perseroan.

Untuk memperkuat bisnis dibidang energi, khususnya pembangkit, perseroan telah mengoperasikan sekitar tiga PLTU yang masing-masing diantaranya berlokasi di Banjarsari (2x100 MW) dengan kebutuhan batu bara 1 juta ton/tahun, lalu PLTU Tanjung Enim (3x10 MW) dengan kebutuhan batu bara 0,15 juta ton per tahun dan PLTU Pelabuhan Tarahan (2x8 MW) dengan kebutuhan batu bara 100 ribu ton/tahun.

Sementara itu, proyek PLTU terdekat perseroan sedang membangun PLTU Kuala Tanjung (2X350 MW) yang dioperasikan secara komersial pada 2020 mendatang. Total kebutuhan batu bara pada lokasi terdebut yaitu 3 juta ton dengan nilai investasi US$ 950 juta.

Dilanjutkan dengan PLTU Pomalaa (2x30 MW) dengan target akuisisi pada tahun ini senilai US$ 75 juta, dilanjutkan dengan PLTU Halmahera Timur (2x40 MW) yang ditargetkan beroperasi pada 2021/2022 mendatang senilai US$ 150 juta.

Disamping itu, proyek pembangkit listrik dengan sistem tender dan kerjasama diantaranya PLTU Sumsel 8 (2x620 MW) yang diperkirakan beropeasi pada 2021/2022 mendatang dengan nilai investasi US$ 1,6 miliar. Diperkirakan konsumsi batu bara pada PLTU tersebut sebesar 5,4 juta ton.

Terakhir, Pembangkit Listrik Tenaga Surya/PLTS berlokasi di Sumatera Selatan (100 MW) dengan nilai investasti US$ 197 juta dan diperkirakan beroperasi pada 2022 mendatang.
(hps) Next Article Pengumuman! Laba PTBA Lompat 58% Jadi Rp12 T di 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular