Ini 3 Fakta Seputar Lifting Minyak Indonesia

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
28 August 2018 09:32
Lifting minyak Indonesia terus merosot, ini membuat beban anggaran meningkat karena subsidi untuk bbm makin besar.
Foto: Reuters
Jakarta, CNBC Indonesia - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mencatat hingga 31 Juli 2018 capaian lifting migas masih di bawah target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Lifting gas baru mencapai 96% target dengan realisasi 1,1 juta barel setara minyak. Sementara minyak dari target 800 ribu barel, baru tercapai 770 ribu barel.

Sedangkan, penerimaan negara bukan pajak dari migas sudah mencapai US$ 10,1 miliar atau sekitar 85% dari target di APBN sebesar US$ 11,9 miliar. Sementara itu hingga akhir tahun di proyeksi capai US$ 16,8 miliar atau 141%. Kenaikan penerimaan ini dinilai karena terbantu harga minya yang semakin naik.

Target Investasi Tak Tercapai
SKK Migas memproyeksi, investasi disektor migas akan meleset dari target. Investasi per Juli baru mencapai US$ 6,2 miliar atau hanya 43% dari target APBN sebesar US$ 14,2 miliar. Sampai akhir tahun investasi migas sedikit menurun menjadi US$ 11,7 miliar atau hanya 82% dari target di APBN.

Sementara itu, cost recovery dihitung akan mengalami pembengkakan dari target 2018. Cost recovery pada tahun ini di targetkan sebesar US$ 10,1 miliar dan capaian hingga Juli sudah sebesar US$ 6,9 miliar atau sebanyak 68% dari target.

Sampai akhir tahun cost recovery diproyeksi sedikit lebih tinggi dan membengkak yakni capai US$ 11,3 miliar.

Produksi Terus Anjlok
Saat ini, rata-rata produksi produksi minyak bumi makin anjlok dan hanya berada di angka 773 ribu barel per hari. Sementara untuk gas, pernah mencapai 8857 MMSCFD di 2010 dan saat ini ada di rata-rata 7756 MMSCFD didapat sudah dengan asumi penerapan Enhance Oil Recovery (EOR) untuk menjaga produksi sumur-sumur tua.

Bahkan, produksi minyak bakal jeblok ke bawah 600 ribu barel per 2024, di mana produksi dan lifting hanya akan di kisaran 531 ribu barel sehari. Di 2025, bahkan produksi dan lifting minyak diperkirakan di bawah 500 ribu, yakni hanya 494 ribu barel per hari.

Sementara jika tidak dengan EOR, produksi minyak di 2030 bahkan bisa anjlok ke 281 ribu barel per hari.

Produksi Merosot Sejak 2010
Produksi minyak RI terus mencatat penurunan sejak 2010. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menghitung penurunan mencapai 15% selama 7 tahun.

Sejak 2010-2017 produksi minyak turun hingga 15,2% dan gas turun 14%. Di 2010 produksi minyak berada di rata-rata 945 ribu barel per hari. Tapi produksi ini merosot di tahun berikutnya jadi 902 ribu barel per hari hingga akhirnya di 2017 menjadi 801 ribu barel per hari.

Turunnya produksi ini karena terdapat berbagai tantangan yang dihadapi lapangan migas RI, mulai dari lapangan produksi sudah cukup tua dan turun produksi. Serta dinamika ekonomi global yang mempengaruhi harga dan berdampak pada investasi migas.

Selain itu, regulasi juga masih ada kendala, termasuk pemanfataan lahan yang harus kerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Oleh karena itu, pemerintah telah menerapkan beberapa kebijakan untuk menggenjot produksi, seperti open data untuk memudahkan calon investor mengakses data subsurface, permudahan skema lelang Wilayah Kerja (WK) dengan persyaratan yang dinilai tak memberatkan, percepatan POD, dan penerapan gross split.
(hps/hps) Next Article Lifting Turun Tapi Cadangan Migas RI Bertambah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular