
Minyak RI Seret, Target Lifting 2023 Bisa Menyusut

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menetapkan target lifting minyak pada 2023 tak berubah, bahkan lebih rendah dibandingkan outlook 2022 dan realisasi 2021.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan lifting minyak pada 2023 ditargetkan sebesar 619.000 - 680.000 barel per hari.
Target lifting minyak pada 2023 lebih rendah dibandingkan dengan outlook 2022 yang sebesar 635.000 - 703.000 barel per hari. Bahkan lebih rendah dibandingkan dengan realisasi lifting minyak pada 2021 yang mencapai 660.000 barel per hari.
"Lifting minyak unfortunately masih akan dalam posisi yang belum meningkat dibandingkan kondisi tahun 2021 dan 2022," jelas Sri Mulyani dalam rapat Badan Anggaran DPR, Selasa (31/5/2022).
Adapun lifting gas pada tahun depan dipatok mencapai 1 juta hingga 1,1 juta barel setara minyak per hari. Meningkat dibandingkan dengan outlook 2022 yang sebesar 956.000 hingga 1 juta barel setara minyak per hari. Serta meningkat dibandingkan realisasi 2021 yang mencapai 995.000 barel setara minyak per hari.
"Demikian juga dengan lifting gas kita tentu harus berhati-hati di dalam meletakkan asumsi di sini karena kuantitas sangat mempengaruhi penerimaan negara," kata Sri Mulyani melanjutkan.
Selain itu, pemerintah memprediksi tahun depan harga minyak mentah dunia mulai melandai. Hal ini sejalan dengan penyelesaian konflik geopolitik Rusia-Ukraina serta prospek kinerja ekonomi global di Amerika dan China.
Sri Mulyani bilang, berbagai proyeksi lembaga internasional terkait harga minyak mentah global pada tahun depan masih relatif tinggi, sehingga berdampak positif terhadap keseimbangan supply dan demand minyak.
Harga minyak tahun 2023 diperkirakan masih dalam rentang US$ 80 per barel hingga US$ 100 per barel
"Ini menggambarkan down sidenya di US$ 80 adalah kemungkinan terjadinya pelemahan ekonomi global. US$ 100 apabila kemampuan untuk soft lending di berbagai negara terutama negara maju bisa terjadi," jelasnya.
Kendati demikian, Sri Mulyani memastikan, pemerintah tetap berkomitmen untuk menjaga kesehatan fiskal serta mengoptimalkan peran APBN sebagai bantalan disaat menghadapi guncangan atau shock absorber. Maka itu, APBN dipastikan akan dirancang secara hati-hati dan fleksibel.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sudah 17 Tahun Produksi Minyak di Bawah Sejuta, Salah Siapa?