Pembatasan Impor dan B20 Jadikan Rupiah Terbaik di Asia

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 August 2018 13:51
Pembatasan Impor dan B20 Jadikan Rupiah Terbaik di Asia
Foto: CNBC Indonesia/Ilustrasi Rupiah
Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat. Selain faktor eksternal, sepertinya sentimen domestik juga berperan terhadap apresiasi mata uang Tanah Air. 

Pada Senin (27/8/2018) pukul 13:19 WIB, US$ 1 di pasar spot setara dengan Rp 14.602. Rupiah menguat 0,24% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. 

Dolar AS memang sedang dalam posisi bertahan. Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback secara relatif terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,01%.  

Langkah mata uang Negeri Paman Sam terhambat oleh pidato Jerome Powell, Gubernur The Federal Reserve/The Fed. Dalam forum pertemuan tahunan The Fed di Jackson Hole, Wyoming, pidato Powell dinilai minim kejutan yang bisa mengangkat posisi greenback. 

"Dengan angka pengangguran yang rendah, mengapa kami mengetatkan kebijakan moneter? Dengan problem inflasi yang belum kelihatan, mengapa kami mengetatkan kebijakan moneter yang bisa menghambat penciptaan lapangan kerja dan ekspansi ekonomi? Kami hanya ingin bergerak hati-hati. Kenaikan suku bunga secara gradual adalah langkah kami untuk mengatasi risiko tersebut (inflasi dan ekspansi ekonomi yang terlalu kencang)," ungkap Powell. 

Pidato tersebut tidak memberikan petunjuk yang jelas mengenai kenaikan suku bunga acuan dua kali lagi sampai akhir tahun, atau empat kali sepanjang 2018. Pidato Powell juga seolah minim faktor kejutan yang bisa menjadi pendongkrak bagi greenback. 

Selain itu, Powell juga menyebut bahwa sejauh ini AS belum mengalami masalah inflasi. Artinya, justru ada kemungkinan The Fed tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Dengan inflasi yang masih sesuai harapan, maka sepertinya belum ada kebutuhan bagi The Fed untuk lebih agresif dalam pengetatan kebijakan moneter. 

Dibayangi faktor pengetatan moneter yang tidak terlampau agresif, dolar AS pun mendapat tekanan jual. Sebab, selama ini penguatan greenback memang didorong oleh sentimen kenaikan suku bunga acuan.  Akibatnya, dolar AS melemah secara global.

Mata uang Asia pun mampu memanfaatkan situasi ini dengan pencetak apresiasi, rupiah tidak terkecuali.
 Berbagai mata uang utama Asia pun terapresiasi terhadap dolar AS.

Namun dengan apresiasi 0,24%, rupiah jadi yang terbaik di Asia.
 Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang Asia terhadap dolar AS pada pukul 13:24 WIB: 

 

Dengan posisi rupiah yang terbaik di di Asia, sepertinya ada sentimen tambahan yang menopang rupiah yang berasal dari dalam negeri. Apa itu? 

Dari dalam negeri, tampaknya kebijakan penyelamatan rupiah yang ditempuh pemerintah mendapat respons yang lumayan positif. Setidaknya ada dua kebijakan yang perlu dicermati.

Pertama adalah rencana pemerintah membatasi impor barang konsumsi dengan cara menaikkan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22. Saat ini, ada 900 produk impor yang dikenakan PPh 22 dengan tarif 2,5-7,5%. Pemerintah tengah mengkaji barang konsumsi apa saja yang akan pajaknya akan dinaikkan dalam rangka meredam impor. 


Pelaku pasar sepertinya merespons dengan positif. Ini terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada pukul 13:33 WIB mampu menguat sampai 0,81%. Sektor-sektor yang menyumbang penguatan IHSG di antaranya manufaktur (+0,53%), aneka industri (+1,44%), dan industri dasar (+1,33%).  

Sektor-sektor ini meningkat karena ada harapan kenaikan produksi dalam negeri seiring impor yang coba dibatasi. Kenaikan produksi akan menyebabkan penjualan naik dan laba meningkat. Wajar bila sektor-sektor tersebut mendapat apresiasi investor.  

Bahkan investor asing pun membukukan beli bersih Rp 199,29 miliar. Arus modal ini membantu rupiah untuk terapresiasi. 

Sedangkan kebijakan kedua adalah keseriusan pemerintah dalam menerapkan kewajiban pencampuran bahan bakar nabati sebesar 20% untuk minyak diesel/solar. Aturan yang dikenal dengan istilah B20 ini digadang-gadang mampu menekan impor secara signifikan sehingga mengurangi devisa yang 'terbang' ke luar negeri.  

Akhir pekan lalu, sebenarnya B20 mulai mendapat respons positif, setidaknya di pasar saham. Di tengah koreksi IHSG akhir pekan lalu, indeks sektor agrikultur mampu menguat bahkan nyaris 1%. Saham-saham produsen minyak sawit mentah (CPO) seperti SIMP, LSIP, dan AALI mencatatkan penguatan yang cukup meyakinkan. 

Pencapaian itu sedikit banyak disebabkan oleh kebijakan B20, yang bisa mendongrak penjualan emiten-emiten produsen CPO. Bila sentimen positif B20 berlanjut, maka bisa kembali menjadi pendorong IHSG hari ini. 

Sepertinya hari ini apresiasi itu berlanjut. Meski tidak seperti akhir pekan lalu, indeks sektor agrikultur masih naik 0,02%. Saham emiten produsen CPO seperti AALI juga masih diburu investor asing dengan beli bersih Rp 3,7 miliar. 


Pelaku pasar tentunya berharap komitmen pemerintah dalam operasi penyelamatan rupiah ini membawa dampak yang nyata, menekan laju impor yang membuat rupiah lebih stabil. Harapan ini diwujudkan dengan melakukan aksi borong terhadap rupiah dan aset-aset berbasis mata uang ini. Akibatnya, rupiah pun mampu menjadi mata uang terbaik di Asia, setidaknya untuk saat ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular