Genap 7 Hari Harga Batu Bara Ada di Zona Merah

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
24 August 2018 14:57
Harga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan ditutup terkoreksi 0,30% ke angka US$117,15/metrik ton (MT)
Foto: REUTERS/Stringer
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga batu bara ICE Newcastle kontrak acuan ditutup terkoreksi 0,30% ke angka US$117,15/metrik ton (MT) pada penutupan perdagangan hari Kamis (23/08/2018).

Dengan pergerakan itu, harga si batu hitam sudah membukukan pelemahan selama 7 hari berturut-turut. Awan hitam memang masih menyelimuti perdagangan batu bara. Selain ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, kini investor pun dibuat tegang oleh kembali panasnya perang dagang Amerika Serikat (AS)-China.



Pertumbuhan ekonomi dunia yang mulai lesu diindikasikan oleh data-data ekonomi China yang mengecewakan. Sebagai catatan, Negeri Tirai Bambu juga merupakan negara pengimpor batu bara terbesar di dunia saat ini.

Sebagai informasi, pertumbuhan penjualan ritel China hanya naik sebesar 8,8% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada bulan Juli 2018, turun dari 9% YoY pada bulan sebelumnya, serta naik lebih lambat dari ekspektasi pasar sebesar 9,1% YoY. Kemudian, pertumbuhan produksi industri Negeri Panda bulan lalu juga hanya naik 6% YoY, lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 6,3% YoY.

Sementara itu, investasi aset tetap di China juga hanya naik 5,5% YoY pada periode Januari-Juli 2018, meleset dari ekspektasi pasar yang meramalkan pertumbuhan sebesar 6% YoY. Pertumbuhan investasi aset tetap tersebut bahkan masih berada di level terendah sejak 1996, mengutip data Reuters.

Seperti diketahui, saat pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia terganggu, maka permintaan komoditas energi utama dunia seperti batu bara dikhawatirkan akan menurun. Hal ini lantas menjadi pemberat harga batu bara dalam beberapa hari terakhir.

Selain sentimen itu, harga batu bara juga masih dipengaruhi oleh eskalasi tensi perang dagang AS-China. Pada siang hari kemarin waktu Indonesia, AS telah resmi menaikkan bea masuk bagi produk impor asal China senilai US$16 miliar menjadi 25%. Beberapa produk yang terpengaruh kebijakan ini diantaranya adalah semikonduktor, bahan kimia, plastik, dan sepeda motor.

Di waktu yang bersamaan, China juga mengaktifkan bea masuk balasan bagi sejumlah produk asal AS bernilai sama (US$16 miliar), yang mencakup bahan bakar (termasuk batu bara), produk-produk baja, mobil, dan peralatan medis, seperti dilaporkan kantor berita negara Xinhua mengutip pengumuman dari Komisi Bea Cukai China.

Sebagai informasi, sejak tanggal 22 Agustus, AS dan China sebenarnya telah resmi menggelar perundingan dagang di Washington.  Namun, hari ini pertemuan itu berakhir anti-klimaks, tanpa terobosan apapun. Kini, kedua raksasa ekonomi dunia itu telah saling mengenakan bea masuk terhadap produk senilai masing-masing US$50 miliar dan menambah kecemasan akan terhambatnya pertumbuhan global.

Para ekonom telah mengatakan bahwa setiap produk senilai US$100 miliar yang terkena bea impor baru, akan menurunkan perdagangan global sekitar 0,5%. Saat aktivitas ekonomi dan perdagangan global melambat, maka permintaan energi (termasuk batu bara) pun akan berkurang.  

(RHG/gus) Next Article China Serap Batu Bara Australia, Harga Berangsur Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular