Harga Emas Tergelincir Merespon Ikhtisar Rapat The Fed

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
23 August 2018 11:20
Harga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 bergerak melemah sebesar 0,46% ke US$1.197,7/troy ounce
Foto: REUTERS/Ints Kalnins/
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 bergerak melemah sebesar 0,46% ke US$1.197,7/troy ounce, pada perdagangan hari ini Kamis (23/08/2018) hingga pukul 11.00 WIB hari ini.

Harga sang logam mulia tak mampu melanjutkan tren penguatan selama 4 hari berturut-turut sebelumnya. Beberapa waktu terakhir, harga komoditas ini sempat mendapatkan kekuatan dari pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).

Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain greenback. Sebaliknya, kuatnya dolar AS akan membuat emas relatif lebih mahal, sehingga menekan permintaan komoditas ini.



Sejak 15 Agustus, Dollar Index yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, memang cenderung tertekan oleh berbagai sentimen negatif di Negeri Paman Sam. Dalam sepakan terakhir, indeks ini bahkan terkoreksi hingga 1,28%.

Namun, sejak kemarin, mata uang Negeri Paman Sam mulai bangkit. Hingga siang ini, Dollar Index tercatat naik 0,27%. Koreksi dolar AS yang sudah cukup dalam membuat nilai mata uang ini menjadi lebih terjangkau. Dolar AS yang lebih murah membuat mata uang ini kemudian kebanjiran peminat. Arus modal yang masuk ke Negeri Adidaya menjadi penopang apresiasi dolar AS.

Selain itu, dolar AS juga mendapat suntikan tenaga dari rilis notulensi rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Agustus 2018. Dalam rapat tersebut, The Fed memang menahan suku bunga acuan di 1,75-2%. Namun dalam dinamika rapat tergambar jelas bahwa Jerome Powell cs masih pro kebijakan moneter ketat.

"Para peserta rapat menyatakan bahwa jika data-data ke depan mendukung proyeksi ekonomi, maka sudah saatnya menempuh langkah lanjutan untuk menghilangkan kebijakan yang akomodatif," sebut notulensi itu.

Saat ini, The Fed melihat perekonomian AS, baik itu dari sisi pengusaha maupun rumah tangga, sedang dalam momentum yang baik. Oleh karena itu, ekonomi akan tumbuh dan menciptakan dampak inflasi. Melihat hal tersebut, The Fed tidak akan lagi menyebut kebijakan moneter sebagai instrumen untuk mendorong perekonomian.

Potensi kenaikan suku bunga acuan pada rapat bulan depan pun kian besar. Mengutip CME Fedwatch, probabilitas kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 2-2,25% mencapai 96%. Hal ini lantas mendorong investor berbondong-bondong memarkir asetnya ke pasar keuangan AS. Hasilnya, dolar AS perkasa, tapi di sisi lain harga emas nelangsa.   

(RHG/gus) Next Article Harga Emas Masih Betah di Titik Terendah Dalam 1,5 Tahun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular