Siap-siap Cuan! Harga Emas Dunia Tertinggi Sejak 6 Bulan Lalu

Muhamad Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
28 December 2018 18:51
Nampaknya gelar safe haven cocok diberikan pada emas saat ini.
Foto: Ilustrasi Karyawan menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas, Sarinah, Jakarta Pusat. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Hingga Jumat (28/12/2018) pukul 18:00 WIB, penguatan harga emas pada pasar berjangka COMEX untuk kontrak februari 2019 agak menipis, yaitu sebesar 0,07% ke level US$ 1.2812/troy ounce sejak penutupan perdagangan sesi kemarin (27/12/2018).

Padahal siang tadi, harga emas sempat menguat sebesar 0,2% di posisi US$ 1.283,2/troy ounce yang merupakan harga tertingginya sejak 6 bulan lalu. Nampaknya gelar safe haven cocok diberikan pada emas saat ini.

"Orang-orang melihat emas sebagi satu-satunya safe haven sekarang ini," ujar Brian Lan, direktur pengelola GoldSilver Central di Singapura seperti dilansir oleh Reuters.

Persepsi ini didasari oleh beberapa kondisi ketidakpastian global yang terjadi seperti perang dagang Amerika Serikat (AS) - China dan goverment shutdown yang terjadi di AS. Seperti diketahui, perang dagang AS-China masih belum sepenuhnya mereda.

Ditambah dengan Potensi eskalasi yang dipicu oleh rencana presiden AS Donald Trump untuk menggunakan kebijakan eksekutif yang dimilikinya guna mendeklarasikan situasi darurat nasional, yang pada akhirnya akan melarang perusahaan-perusahaan asal AS untuk menggunakan perangkat telekomunikasi buatan Huawei dan ZTE, seperti dilansir dari CNBC International.

Siap-siap Cuan, Harga Emas Dunia Tertinggi Sejak 6 Bulan LaluFoto: Harga emas 28 Desember 2018. (CNBC Internasional)

Kebijakan eksekutif tersebut dapat diterbitkan secepatnya pada bulan Januari dan akan memberikan perintah kepada Kementerian Perdagangan untuk memblokir perusahaan-perusahaan AS dalam membeli peralatan dari perusahaan telekomunikasi asing yang membawa risiko signifikan bagi keamanan negara, kata sumber-sumber dari industri telekomunikasi dan pemerintahan AS.

Bila kebijakan tersebut benar-benar direalisasikan, maka damai antara dua negara dengan ekonomi terbesar tersebut akan sulit untuk dibayangkan. Sementara itu, penutupan sebagian layanan pemerintahan AS (government shutdown) yang hingga kini memasuki hari ke-7 belum juga berakhir.

Government shutdown ini dipicu karena permintaan Presiden Donald Trump, untuk menyediakan US$ 5 milyar dari pembayar pajak AS untuk membangun tembok di perbatasan Meksiko ditentang oleh sebagian besar anggota partai Demokrat, bahkan beberapa anggota partai Republik di dalam parlemen.

Belum ada tanda-tanda govement shutdown yang membuat 800.000 PNS AS tidak digaji ini akan berakhir dalam waktu dekat.

Senat dan dan DPR yang tergabung dalam Kongres AS bertemu hanya beberapa menit kemarin malam, tetapi tidak mengambil langkah-langkah untuk mengakhiri penutupan sebagian pemerintah federal. Kongres AS hanya menunda pertemuan mereka sampai minggu depan.

Terlebih lagi sentimen dari pelemahan ekonomi dunia pada tahun 2019 terus membayangi.

The Fed memperkirakan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan hanya tumbuh 2,3%, menurun dari perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini yang sebesar 3%. Hal ini menyusul dengan pengumuman kenaikan suku bunga acuan The Fed pada 20 Desember lalu.

Bank sentral Eropa, European Central Bank (ECB), kemarin juga mengumumkan prediksinya mengenai perekonomian global untuk tahun depan. Dalam buletin ekonomi regulernya yang dilansir dari Reuters, ECB menyampaikan bahwa perekonomian global akan melambat di 2019 dan akan bergerak stabil setelahnya. ECB juga memperkirakan inflasi akan terus meningkat.

Ketidakpastian ini nampaknya membuat investor melirik emas, karena memang biasanya emas dijadikan pelindung nilai kala situasi dirasa tidak menentu. Sebab, pergerakan harga emas memang relatif lebih stabil bila dibandingkan degan instrument beresiko lainnya.

[Gambas:Video CNBC]



(dob/dob) Next Article Harga Emas Makin "Berkilau"

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular