
Dolar AS Merana Karena China, Harga Emas Terus Melaju
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
08 August 2018 13:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 bergerak menguat sebesar 0,20% ke US$1.221,6/troy ounce, pada perdagangan hari ini Rabu (08/08/2018) hingga pukul 13.00 WIB hari ini.
Dengan pergerakan itu, melanjutkan momentum penguatannya pekan ini, pasca pada perdagangan kemarin mampu ditutup naik tipis 0,05%. Harga emas juga mampu membaik setelah pada sepanjang pekan lalu anjlok hingga 0,77%.
Harga sang logam mulia mendapatkan angin segar dari loyonya pergerakan dolar Amerika Serikat (AS), serta investor yang mewaspadai kebijakan bea masuk Negeri Paman Sam terhadap sejumlah produk asal China yang akan berlaku akhir bulan ini.
Siang ini, dolar AS kembali tertekan lumayan dalam. Pada pukul 12:53 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif di hadapan enam mata uang utama) melemah sampai 0,18%. Padahal tadi pagi koreksi Dollar Index sudah sangat tipis dan bersiap menuju zona hijau.
Penguatan dolar AS terhadang rilis data cadangan devisa dan perdagangan internasional China edisi Juli 2018 yang positif. Data-data ini mampu membangkitkan optimisme pelaku pasar. Bank Sentral China (The People's Bank of China/PBoC) mencatat cadangan devisa Negeri Panda sebesar US$3,12 triliun. Angka ini meningkat 0,19% dari bulan sebelumnya yang sebesar US$3,11 triliun. Cadangan devisa yang meningkat menimbulkan persepsi daya tahan ekonomi China akan semakin kuat terhadap risiko eksternal.
Kemudian, China juga mencetak surplus perdagangan US$28,05 miliar. Surplus ini didorong oleh kenaikan ekspor sebesar 12,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yaitu 6,3% YoY. Walau impor tumbuh hingga 27,3% YoY, tetapi China tetap mampu mencetak surplus perdagangan. Oleh karena itu, pasar meyakini bahwa sejauh ini dampak perang dagang AS vs China belum terlalu signifikan. Di tengah memanasnya hubungan dengan Negeri Adidaya, China masih mampu membukukan kenaikan cadangan devisa dan surplus perdagangan.
Situasi ini membuat investor kembali berani mengambil risiko, memasang mode risk-on. Arus modal yang awalnya mengarah ke AS lagi-lagi berbelok menyebrangi Samudera Atlantik dan masuk ke Benua Kuning.
Hal ini lantas membuat greenback lesu. Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terapresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih mahal untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS. Hal ini lantas mampu menekan permintaan sang logam mulia.
Di sisi lain, pelaku pasar juga masih mewaspadai AS yang akan mulai memungut bea masuk sebesar 25% terhadap produk-produk China senilai US$16 miliar pada 23 Agustus 2018, seperti disebutkan oleh US Trade Representative (USTR) pada hari Selasa (07/08/2018).
Bea masuk AS yang lebih agresif ini lantas dikhawatirkan akan mengganggu prospek perekonomian dunia. Saat skala perang dagang meluas, maka pertumbuhan ekonomi dunia yang menjadi taruhannya. Di saat seperti ini, investor cenderung melepas aset-aset berisiko, dan beralih memeluk instrumen safe haven seperti emas. Hal ini kemudian memberikan dukungan tambahan bagi harga emas hari ini.
(RHG/gus) Next Article Harga Emas Masih Betah di Titik Terendah Dalam 1,5 Tahun
Dengan pergerakan itu, melanjutkan momentum penguatannya pekan ini, pasca pada perdagangan kemarin mampu ditutup naik tipis 0,05%. Harga emas juga mampu membaik setelah pada sepanjang pekan lalu anjlok hingga 0,77%.
Harga sang logam mulia mendapatkan angin segar dari loyonya pergerakan dolar Amerika Serikat (AS), serta investor yang mewaspadai kebijakan bea masuk Negeri Paman Sam terhadap sejumlah produk asal China yang akan berlaku akhir bulan ini.
Siang ini, dolar AS kembali tertekan lumayan dalam. Pada pukul 12:53 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi dolar AS secara relatif di hadapan enam mata uang utama) melemah sampai 0,18%. Padahal tadi pagi koreksi Dollar Index sudah sangat tipis dan bersiap menuju zona hijau.
Penguatan dolar AS terhadang rilis data cadangan devisa dan perdagangan internasional China edisi Juli 2018 yang positif. Data-data ini mampu membangkitkan optimisme pelaku pasar. Bank Sentral China (The People's Bank of China/PBoC) mencatat cadangan devisa Negeri Panda sebesar US$3,12 triliun. Angka ini meningkat 0,19% dari bulan sebelumnya yang sebesar US$3,11 triliun. Cadangan devisa yang meningkat menimbulkan persepsi daya tahan ekonomi China akan semakin kuat terhadap risiko eksternal.
Kemudian, China juga mencetak surplus perdagangan US$28,05 miliar. Surplus ini didorong oleh kenaikan ekspor sebesar 12,2% secara tahunan (year-on-year/YoY), dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yaitu 6,3% YoY. Walau impor tumbuh hingga 27,3% YoY, tetapi China tetap mampu mencetak surplus perdagangan. Oleh karena itu, pasar meyakini bahwa sejauh ini dampak perang dagang AS vs China belum terlalu signifikan. Di tengah memanasnya hubungan dengan Negeri Adidaya, China masih mampu membukukan kenaikan cadangan devisa dan surplus perdagangan.
Situasi ini membuat investor kembali berani mengambil risiko, memasang mode risk-on. Arus modal yang awalnya mengarah ke AS lagi-lagi berbelok menyebrangi Samudera Atlantik dan masuk ke Benua Kuning.
Hal ini lantas membuat greenback lesu. Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terapresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih mahal untuk pemegang mata uang asing selain dolar AS. Hal ini lantas mampu menekan permintaan sang logam mulia.
Di sisi lain, pelaku pasar juga masih mewaspadai AS yang akan mulai memungut bea masuk sebesar 25% terhadap produk-produk China senilai US$16 miliar pada 23 Agustus 2018, seperti disebutkan oleh US Trade Representative (USTR) pada hari Selasa (07/08/2018).
Bea masuk AS yang lebih agresif ini lantas dikhawatirkan akan mengganggu prospek perekonomian dunia. Saat skala perang dagang meluas, maka pertumbuhan ekonomi dunia yang menjadi taruhannya. Di saat seperti ini, investor cenderung melepas aset-aset berisiko, dan beralih memeluk instrumen safe haven seperti emas. Hal ini kemudian memberikan dukungan tambahan bagi harga emas hari ini.
(RHG/gus) Next Article Harga Emas Masih Betah di Titik Terendah Dalam 1,5 Tahun
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular