
Sentimen Domestik-Eksternal Kondusif, IHSG Naik 2,78%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
22 August 2018 11:30

Jakarta, CNBC Indonesia- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 2,78% dalam 2 hari (20 & 21 Agustus), seiring dengan kondusifnya sentimen domestik dan eksternal.
Dari dalam negeri, investor merespon positif kencangnya penjualan mobil di tanah air. Angka penjualan wholesale (grosir) kendaraan roda empat tercatat sejumlah 107.431 unit sepanjang Juli 2018, dimana ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Secara kumulatif, penjualan periode Januari-Juli 2018 mencapai 661.093 unit, naik 6,82% dari periode yang sama tahun lalu.
Saham PT Astra International Tbk (ASII) melesat 5,28% hanya dalam waktu 2 hari merespon hal tersebut. Senada dengan saham ASII, saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) juga menguat yakni sebesar 2,5%.
Dari sisi eksternal, meredanya kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga acuan hingga 4 kali oleh the Federal Reserve membuat investor cukup gencar memburu saham-saham di tanah air. Hal tersebut terjadi pasca Presiden AS Donald Trump melontarkan kritiknya terhadap the Fed.
Dalam wawancaranya dengan Reuters, Trump mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan keputusan the Fed yang menaikkan suku bunga acuan.
"Saya tidak terkejut The Fed menaikkan suku bunga. Namun seharusnya The Fed bekerja untuk kebaikan negara. The Fed seharusnya membantu saya, negara-negara lain masih akomodatif (dalam kebijakan moneter)," tuturnya.
Trump bahkan menyebut bahwa dirinya akan terus melontarkan kritik kepada bank sentral jika suku bunga acuan terus dinaikkan. Sebagai informasi, Trump bukan kali ini saja mengkritik kebijakan bank sentral yang merupakan sebuah lembaga independen.
Akibatnya, timbul persepsi bahwa nyali dari the Fed akan menciut sehingga kenaikan suku bunga acuan tak akan mencapai 4 kali tahun ini. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures, per tanggal 20 Agustus hanya terdapat 58,6% kemungkinan the Fed menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali pada tahun ini, anjlok dari posisi per 17 Agustus yang sebesar 63,7%. Di sisi lain, probabilitas the Fed hanya mengerek suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun ini naik menjadi 37,9%, dari yang sebelumnya 32,7%.
Ditengah risiko perang dagang yang masih membara, memang suku bunga acuan rendah menjadi hal yang diinginkan oleh pelaku pasar saham.
Masih dari sisi eksternal, pergerakan lira yang relatif masih terkendali ikut menambah kepercayaan diri bagi investor untuk masuk ke instrumen berisiko seperti saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(gus) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Dari dalam negeri, investor merespon positif kencangnya penjualan mobil di tanah air. Angka penjualan wholesale (grosir) kendaraan roda empat tercatat sejumlah 107.431 unit sepanjang Juli 2018, dimana ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Secara kumulatif, penjualan periode Januari-Juli 2018 mencapai 661.093 unit, naik 6,82% dari periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi eksternal, meredanya kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga acuan hingga 4 kali oleh the Federal Reserve membuat investor cukup gencar memburu saham-saham di tanah air. Hal tersebut terjadi pasca Presiden AS Donald Trump melontarkan kritiknya terhadap the Fed.
Dalam wawancaranya dengan Reuters, Trump mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan keputusan the Fed yang menaikkan suku bunga acuan.
"Saya tidak terkejut The Fed menaikkan suku bunga. Namun seharusnya The Fed bekerja untuk kebaikan negara. The Fed seharusnya membantu saya, negara-negara lain masih akomodatif (dalam kebijakan moneter)," tuturnya.
Trump bahkan menyebut bahwa dirinya akan terus melontarkan kritik kepada bank sentral jika suku bunga acuan terus dinaikkan. Sebagai informasi, Trump bukan kali ini saja mengkritik kebijakan bank sentral yang merupakan sebuah lembaga independen.
Akibatnya, timbul persepsi bahwa nyali dari the Fed akan menciut sehingga kenaikan suku bunga acuan tak akan mencapai 4 kali tahun ini. Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak Fed Fund futures, per tanggal 20 Agustus hanya terdapat 58,6% kemungkinan the Fed menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali pada tahun ini, anjlok dari posisi per 17 Agustus yang sebesar 63,7%. Di sisi lain, probabilitas the Fed hanya mengerek suku bunga acuan sebanyak 3 kali pada tahun ini naik menjadi 37,9%, dari yang sebelumnya 32,7%.
Ditengah risiko perang dagang yang masih membara, memang suku bunga acuan rendah menjadi hal yang diinginkan oleh pelaku pasar saham.
Masih dari sisi eksternal, pergerakan lira yang relatif masih terkendali ikut menambah kepercayaan diri bagi investor untuk masuk ke instrumen berisiko seperti saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(gus) Next Article Bursa RI Merah Padam! Tenang...Asing Tetap Borong Saham
Most Popular