Cuaca Regional dan Domestik Mendukung, Rupiah Ogah Melemah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 August 2018 12:44
Kejayaan Dolar AS Tak Berlaku di Asia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Namun di Asia, sentimen tersebut tidak terlalu terasa. Sebab, ada angin segar bertiup ke Benua Kuning, terkait rencana dialog AS-China.

Wall Street Journal melaporkan, perwakilan AS dan China akan bertemu di Washington pada 21-22 Agustus. Investor berharap ada titik terang yang bisa memulihkan hubungan dua perekonomian terbesar di bumi tersebut.

Oleh karena itu, investor pun mulai berani mengambil risiko, memasang mode risk on. Dana-dana asing masuk ke instrumen berisiko di negara berkembang, termasuk pasar saham.

Pada pukul 12:25 WIB, indeks Hang Seng menguat 0,73%. Sementara Kospi naik 0,07%, Straits Time bertambah 0,2%, dan KLCI (Malaysia) plus 0,25%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak mau ketinggalan dengan penguatan mencapai 1,71% pada penutupan perdagangan Sesi I.

Selain angin segar yang sedang bertiup ke Asia, apresiasi rupiah juga disebabkan oleh sentimen domestik. Pekan lalu, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 5,5%.

Kebijakan ini sempat minim respons, karena investor disibukkan oleh sentimen dari Turki. Namun begitu Turki mendingin, investor mulai mencerna kenaikan suku bunga acuan.

Seperti harapan BI, kenaikan suku bunga acuan mulai direspons dengan masuknya aliran modal ke instrumen berpendapatan tetap (fixed income). Yield obligasi pemerintah Indonesia pun bergerak turun.

Pada pukul 12:29 WIB, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 5 tahun turun 3,2 bps. Kemudian 10 tahun turun 6,3 bps, 15 tahun turun 6,9 bps, dan 20 tahun turun 0,3 bps.

Sentimen regional dan domestik ini turut membuat rupiah mampu bertahan di area apresiasi. Jika tidak ada aral melintang, maka bukan tidak mungkin penguatan rupiah bertahan hingga penutupan pasar.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular