
AS-China Siap Berdiskusi, Harga Emas Terkerek 0,7%
Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
20 August 2018 12:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 bergerak menguat sebesar 0,68% ke US$1.192,2/troy ounce, pada perdagangan hari ini Jumat (17/08/2018) hingga pukul 12.20 WIB hari ini. Harga komoditas ini mampu pulih setelah melemah sebesar 2,85% di sepanjang pekan lalu, sekaligus performa mingguan terburuk dalam 15 bulan terakhir.
Harga emas bahkan sempat menyentuh titik terendahnya dalam 1,5 tahun lebih atau sejak Desember 2016 di level US$1.184/troy ounce, pada perdagangan hari Kamis (16/08/2018). Amblasnya harga emas pekan lalu tidak lepas dari dolar AS yang perkasa akibat meningginya tensi Turki-AS.
Namun demikian, hari ini harga emas mendapatkan dukungan dari dolar AS yang berada dalam posisi defensif sejak pekan lalu. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, terkoreksi hingga 0,56% pada perdagangan hari Jumat. Penurunan itu merupakan yang terdalam nyaris dalam sebulan terakhir.
Tekanan yang dialami dolar AS datang dari rencana pertemuan China-AS di Washington untuk membahas isu perdagangan. Menurut laporan Wall Street Journal, pertemuan tersebut rencananya dihelat pada 21-22 Agustus.
Delegasi China akan dipimpin oleh Wang Shouwen, Wakil Menteri Perdagangan. Sementara AS akan diwakili oleh David Malpass, penasihat Kementerian Keuangan AS bidang perdagangan internasional.
Friksi dagang AS vs China memang masih terjadi. Teranyar, China melaporkan kebijakan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). China memprotes kebijakan AS yang memberi subsidi kepada perusahaan energi terbarukan dan menerapkan bea masuk untuk impor panel surya. Kebijakan ini dilakukan AS pada Januari 2018, dan menjadi peluit dimulainya pertandingan perang dagang.
Namun, dengan pembicaraan AS-China, diharapkan ada titik temu di antara mereka sehingga perselisihan bisa diselesaikan. Harapan itu membuat pelaku pasar optimistis, dan mulai berani mengambil risiko. Dana-dana pun mulai meninggalkan dolar AS dan menyebar ke berbagai penjuru. Termasuk ke pasar keuangan negara berkembang Asia.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain greenback. Hal ini lantas mampu menyokong permintaan sang logam mulia.
Meski demikian, Dollar Index nampaknya mampu rebound pada perdagangan hari ini, dengan menguat tipis 0,1% hingga pukul 12.18 WIB. Kenaikan ini dipicu oleh antisipasi investor menanti rilis risalah rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Agustus. Rapat ini dilangsungkan pada awal Agustus, dan risalahnya akan keluar pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pada rapat tersebut, The Fed memang masih mempertahankan suku bunga acuan di 1,75-2%. Namun pelaku pasar menantikan risalah rapat karena mencari petunjuk arah kebijakan moneter AS ke depan. Investor ingin mengetahui apakah kenaikan suku bunga empat kali sepanjang 2018 (lebih banyak dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali) akan terjadi atau tidak.
Akan tetapi, sentimen membaiknya hubungan dagang AS-China nampaknya lebih mendominasi pada perdagangan hari ini. Terlebih, harga emas sudah cukup rendah untuk investor melakukan aksi beli.
(RHG/gus) Next Article China Serang AS Via WTO, Harga Emas Terendah Dalam 2 Pekan
Harga emas bahkan sempat menyentuh titik terendahnya dalam 1,5 tahun lebih atau sejak Desember 2016 di level US$1.184/troy ounce, pada perdagangan hari Kamis (16/08/2018). Amblasnya harga emas pekan lalu tidak lepas dari dolar AS yang perkasa akibat meningginya tensi Turki-AS.
Tekanan yang dialami dolar AS datang dari rencana pertemuan China-AS di Washington untuk membahas isu perdagangan. Menurut laporan Wall Street Journal, pertemuan tersebut rencananya dihelat pada 21-22 Agustus.
Delegasi China akan dipimpin oleh Wang Shouwen, Wakil Menteri Perdagangan. Sementara AS akan diwakili oleh David Malpass, penasihat Kementerian Keuangan AS bidang perdagangan internasional.
Friksi dagang AS vs China memang masih terjadi. Teranyar, China melaporkan kebijakan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). China memprotes kebijakan AS yang memberi subsidi kepada perusahaan energi terbarukan dan menerapkan bea masuk untuk impor panel surya. Kebijakan ini dilakukan AS pada Januari 2018, dan menjadi peluit dimulainya pertandingan perang dagang.
Namun, dengan pembicaraan AS-China, diharapkan ada titik temu di antara mereka sehingga perselisihan bisa diselesaikan. Harapan itu membuat pelaku pasar optimistis, dan mulai berani mengambil risiko. Dana-dana pun mulai meninggalkan dolar AS dan menyebar ke berbagai penjuru. Termasuk ke pasar keuangan negara berkembang Asia.
Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain greenback. Hal ini lantas mampu menyokong permintaan sang logam mulia.
Meski demikian, Dollar Index nampaknya mampu rebound pada perdagangan hari ini, dengan menguat tipis 0,1% hingga pukul 12.18 WIB. Kenaikan ini dipicu oleh antisipasi investor menanti rilis risalah rapat (minutes of meeting) The Federal Reserve/The Fed edisi Agustus. Rapat ini dilangsungkan pada awal Agustus, dan risalahnya akan keluar pada Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pada rapat tersebut, The Fed memang masih mempertahankan suku bunga acuan di 1,75-2%. Namun pelaku pasar menantikan risalah rapat karena mencari petunjuk arah kebijakan moneter AS ke depan. Investor ingin mengetahui apakah kenaikan suku bunga empat kali sepanjang 2018 (lebih banyak dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu tiga kali) akan terjadi atau tidak.
Akan tetapi, sentimen membaiknya hubungan dagang AS-China nampaknya lebih mendominasi pada perdagangan hari ini. Terlebih, harga emas sudah cukup rendah untuk investor melakukan aksi beli.
(RHG/gus) Next Article China Serang AS Via WTO, Harga Emas Terendah Dalam 2 Pekan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular