
Perang Dagang Reda, Obligasi Ikut Rebound
Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
20 August 2018 11:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Di awal pekan ini, pasar obligasi pemerintah dibuka menguat tipis dibanding posisi akhir pekan lalu seiring dengan meredanya tensi perang dagang China-Amerika Serikat. Penguatan tersebut menjadi pembalikan arah signifikan setelah tertekan parah sepanjang pekan lalu.
Merujuk data Reuters, apresiasi harga surat berharga negara (SBN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus memangkas tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Keempat seri itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Tenor acuan 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun mengalami kenaikan harga yang membebani yield masing-masing 3 basis poin (bps), 3 bps, dan 4 bps menjadi 7,8%, 7,96%, dan 8,33%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Yield umum digunakan dalam transaksi obligasi karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko lain dibandingkan dengan harga. Seri acuan lain cenderung flat yaitu FR0075 yang menjadi acuan 20 tahun dengan penurunan yield 0,3 bps menjadi 8,41%.
Pekan lalu, koreksi terjadi dan membuat yield empat seri acuan naik lebih dari 9 bps. Kenaikan yield bahkan mencapai 25 bps untuk seri acuan 20 tahun. Penguatan pasar obligasi hari ini, selisih (spread) antara surat utang pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) tenor 10 tahun dengan SBN tenor serupa sedikit menyempit menjadi 509 bps dari pekan lalu 511 bps, yang berarti investor asing sudah mulai masuk ke pasar.
Spread yang menipis antara US Treasury dan SBN mengindikasikan investor global mulai masuk ke pasar obligasi rupiah pemerintah Indonesia dalam rangka menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek setelah koreksi beberapa waktu terakhir.
Sumber: Reuters
Secara momentum, penguatan pasar obligasi (bond) pemerintah tersebut terjadi setelah pemerintah China dijadwalkan melawat ke AS Selasa-Rabu pekan ini, yang diprediksi dapat mendinginkan tensi perang dagang di antara kedua negara. Tensi perang dagang AS dengan negara tetangganya pun melunak setelah perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dijadwalkan rampung pekan ini.
Penerbitan SBSN dalam Lelang Rutin Besok
Pekan ini juga akan diwarnai lelang rutin besok, yaitu untuk SBN syariah, atau yang bernama surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara). Pemerintah menetapkan target penerbitan dalam lelang Rp 4 triliun dengan menawarakan lima seri kepada peserta lelang yang terdiri dari dua seri SPN syariah dan empat sukuk negara berbasis proyek (PBS).
Surat perbendaharaan negara (SPN) adalah SBN berumur kurang dari setahun. Kelimanya yaitu SPN-S08022019 bertenor 6 bulan, SPN-S 0852019 bertenor 9 bulan, PBS016 bertenor 2 tahun, PBS002 bertenor 4 tahun, PBS017 bertenor 7 tahun, dan PBS012 bertenor 13 tahun.
Dengan memperhatikan kondisi makroekonomi global dan domestik yang kondusif seperti sekarang ini, maka bukan tidak mungkin besok lelang akan sesuai dengan target yang ditetapkan pemerintah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Pasar Obligasi Pemerintah Stagnan, Saat Rupiah Menguat
Merujuk data Reuters, apresiasi harga surat berharga negara (SBN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus memangkas tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Keempat seri itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Tenor acuan 5 tahun, 10 tahun, dan 15 tahun mengalami kenaikan harga yang membebani yield masing-masing 3 basis poin (bps), 3 bps, dan 4 bps menjadi 7,8%, 7,96%, dan 8,33%.
Pekan lalu, koreksi terjadi dan membuat yield empat seri acuan naik lebih dari 9 bps. Kenaikan yield bahkan mencapai 25 bps untuk seri acuan 20 tahun. Penguatan pasar obligasi hari ini, selisih (spread) antara surat utang pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) tenor 10 tahun dengan SBN tenor serupa sedikit menyempit menjadi 509 bps dari pekan lalu 511 bps, yang berarti investor asing sudah mulai masuk ke pasar.
Spread yang menipis antara US Treasury dan SBN mengindikasikan investor global mulai masuk ke pasar obligasi rupiah pemerintah Indonesia dalam rangka menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek setelah koreksi beberapa waktu terakhir.
Yield Obligasi Negara Acuan 20 Aug 2018 | ||||
Seri | Benchmark | Yield 16 Aug 2018 (%) | Yield 20 Aug 2018 (%) | Selisih (basis poin) |
FR0063 | 5 tahun | 7.848 | 7.809 | -3.90 |
FR0064 | 10 tahun | 7.99 | 7.96 | -3.00 |
FR0065 | 15 tahun | 8.372 | 8.332 | -4.00 |
FR0075 | 20 tahun | 8.417 | 8.414 | -0.30 |
Secara momentum, penguatan pasar obligasi (bond) pemerintah tersebut terjadi setelah pemerintah China dijadwalkan melawat ke AS Selasa-Rabu pekan ini, yang diprediksi dapat mendinginkan tensi perang dagang di antara kedua negara. Tensi perang dagang AS dengan negara tetangganya pun melunak setelah perundingan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dijadwalkan rampung pekan ini.
Penerbitan SBSN dalam Lelang Rutin Besok
Pekan ini juga akan diwarnai lelang rutin besok, yaitu untuk SBN syariah, atau yang bernama surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara). Pemerintah menetapkan target penerbitan dalam lelang Rp 4 triliun dengan menawarakan lima seri kepada peserta lelang yang terdiri dari dua seri SPN syariah dan empat sukuk negara berbasis proyek (PBS).
Surat perbendaharaan negara (SPN) adalah SBN berumur kurang dari setahun. Kelimanya yaitu SPN-S08022019 bertenor 6 bulan, SPN-S 0852019 bertenor 9 bulan, PBS016 bertenor 2 tahun, PBS002 bertenor 4 tahun, PBS017 bertenor 7 tahun, dan PBS012 bertenor 13 tahun.
Dengan memperhatikan kondisi makroekonomi global dan domestik yang kondusif seperti sekarang ini, maka bukan tidak mungkin besok lelang akan sesuai dengan target yang ditetapkan pemerintah.
Rencana Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) | ||||||
21-Aug-18 | SPN-S08022019 | SPN-S 0852019 | PBS016 | PBS002 | PBS017 | PBS012 |
Jatuh tempo | 8-Feb-19 | 8-May-19 | 15-Mar-20 | 15-Jan-22 | 15-Oct-25 | 15-Nov-31 |
Kupon imbal hasil | Diskonto | Diskonto | 6.250% | 5.450% | 6.125% | 8.875% |
Target indikatif | 4,000 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(hps/hps) Next Article Pasar Obligasi Pemerintah Stagnan, Saat Rupiah Menguat
Most Popular