BI: Defisit Transaksi Berjalan Bisa Sampai 3% di 2019
16 August 2018 17:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Neraca transaksi berjalan pada tahun depan diperkirakan akan kembali mengalami defisit di kisaran 2,5% - 3% dari produk domestik bruto (PDB).
Hal tersebut dikemukakan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo usai menghadiri penyampaian Nota Keuangan di kompleks parlemen, Kamis (16/8/2018).
"Tahun depan masih 2,5% - 3%. Kami akan tetap jaga maksimal 3%," kata Dody.
Menurut Dody, defisit transaksi berjalan yang masih terjadi hingga tahun depan tak lepas dari akselerasi perekonomian Indonesia yang diperkirakan tumbuh 5,3%.
Proyeksi ini merupakan asumsi yang ditetapkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019, di mana komponen impor diperkirakan berkontribusi sekitar 7,4% terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Tetapi kami akan terus jaga dalam batas aman. Kisaran tetap 2,5% sampai 3%," katanya.
Sebagai informasi, selama kuartal II-2018, defisit transaksi berjalan tercatat tekor sebesar US$ 8,03 miliar atau 3,04% dari PDB.
(dru)
Hal tersebut dikemukakan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo usai menghadiri penyampaian Nota Keuangan di kompleks parlemen, Kamis (16/8/2018).
"Tahun depan masih 2,5% - 3%. Kami akan tetap jaga maksimal 3%," kata Dody.
Menurut Dody, defisit transaksi berjalan yang masih terjadi hingga tahun depan tak lepas dari akselerasi perekonomian Indonesia yang diperkirakan tumbuh 5,3%.
Proyeksi ini merupakan asumsi yang ditetapkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019, di mana komponen impor diperkirakan berkontribusi sekitar 7,4% terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Tetapi kami akan terus jaga dalam batas aman. Kisaran tetap 2,5% sampai 3%," katanya.
Sebagai informasi, selama kuartal II-2018, defisit transaksi berjalan tercatat tekor sebesar US$ 8,03 miliar atau 3,04% dari PDB.
Artikel Selanjutnya
Sri Mulyani Was-Was, 2 Momok Ini Ancam Bikin Utang RI Meledak
(dru)