Sri Mulyani Was-Was, 2 Momok Ini Ancam Bikin Utang RI Meledak

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah bukan rahasia lagi kalau utang Indonesia yang membengkak adalah masalah pemerintah setiap tahunnya, tidak terkecuali pada tahun depan. Tidak cuma mengenai penarikan namun juga beban bunga utang yang harus dibayarkan.
Hal ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat Rapat Paripurna DPR untuk melanjutkan pembahasan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) Tahun 2023, Selasa (31/5/2022).
"Kombinasi tingginya suku bunga dan dolar yang kuat akan menyebabkan bertambah ketatnya akses pembiayaan serta meningkatnya beban pembayaran utang (debt services)," papar Sri Mulyani.
Tingginya suku bunga di dunia terjadi karena lonjakan inflasi, dipengaruhi oleh persoalan rantai pasok dan kenaikan harga komoditas internasional. Negara maju maupun berkembang mengambil opsi kenaikan suku bunga acuan, seperti yang sudah dilakukan Amerika Serikat (AS).
"Kombinasi dari kebijakan tingkat bunga dan penyesuaian balance sheet tersebut telah mendorong peningkatan yield surat utang US Treasury dan juga berpengaruh pada negara maju lainnya," terang Sri Mulyani. Hasilnya, aliran modal bergerak keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia.
Di sisi lain dolar AS menguat. Belakangan dampaknya sudah terlihat, di mana rupiah melemah cukup dalam.
Pemerintah akan mencermati kondisi tersebut secara seksama. Sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) maupun perekonomian nasional.
"Pemerintah secara konsisten mengupayakan agar dapat menekan peningkatan suku bunga, untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan menekan biaya utang dalam jangka panjang. Pengembangan pasar keuangan dilakukan secara konsisten untuk mendorong terciptanya pasar SBN yang dalam, aktif, dan likuid, yang berdampak dapat memberikan imbal hasil yang relatif rendah bagi Pemerintah," pungkasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Jadi Ini yang Bikin RI Batal Ngutang Rp 100 Triliun...
(vap/vap)