Jokowi Perkirakan Dolar AS Rp 14.400 pada 2019, Tepatkah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 August 2018 15:02
Faktor Domestik Masih Jadi Beban
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Sementara dari dalam negeri, tetap ada risiko dari sisi transaksi berjalan (current account). Meski mulai sekarang ada langkah-langkah perbaikan, tetapi masih sulit bagi transaksi berjalan untuk mencetak surplus. 

Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan masih mencatat defisit 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pada akhir tahun, BI memperkirakan defisit ini turun menjadi di bawah 3% dari PDB. Tapi ya masih defisit. 

Pemerintah mulai berupaya untuk menekan defisit ini. Misalnya dengan membatasi impor bahan baku dan barang modal untuk proyek-proyek yang tidak strategis. Atau mengimplementasikan kebijakan pencampuran minyak diesel/solar dengan bahan bakar nabati sebesar 20% (B20).  

Namun dampak dari kebijakan ini tidak begitu saja membalik transaksi berjalan dari defisit menjadi surplus. Sebab untuk membuatnya menjadi surplus, dibutuhkan kebijakan yang lebih struktural yaitu pembangunan industri dalam negeri untuk mendorong ekspor dan mengurangi ketergantungan impor. Ini adalah kebijakan jangka panjang, tidak bisa selesai dalam setahun.

Sementara di transaksi modal dan finansial, seperti yang sudah disebut sebelumnya, arus modal portofolio yang masuk tahun depan kemungkinan masih seret karena tersedot ke negara-negara maju. Bisa saja transaksi modal dan finansial akan sulit menambal defisit di transaksi berjalan. Dikombinasikan dengan transaksi berjalan yang masih berisiko, maka nasib Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pun menjadi penuh tanda tanya.

NPI menggambarkan arus devisa yang masuk ke Indonesia. Jika transaksi berjalan masih defisit sedangkan transaksi modal dan finansial juga cenderung kering, maka hasilnya adalah NPI terancam defisit. 

NPI yang defisit menggambarkan aliran devisa lebih banyak yang keluar dibandingkan yang masuk. Rupiah pun menjadi minim sokongan untuk menguat. Oleh karena itu, menjadi agak sulit mengharapkan rupiah perkasa. 

Dengan berbagai risiko tersebut, maka wajar adanya pemerintah memasang asumsi nilai tukar yang lebih lemah. Sebab, rupiah memang masih diliputi awan mendung yang mungkin belum sirna sampai tahun depan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular