Internasional

Yuan Melemah, Pasar Harap-harap Cemas Pantau Twitter Trump

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
16 August 2018 11:42
Kurs dolar terhadap yuan berada di 6,93 hari Rabu, semakin mendekati angka 7 yang disebut analis sangat penting secara teknikal dan psikologi bagi pasar.
Foto: REUTERS/Thomas White
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat sangat tinggi sampai-sampai para pelaku pasar bertanya-tanya kapan Gedung Putih akan mulai berkicau tentang ini di media sosial Twitter.

Presiden AS Donald Trump dikenal sigap dan tangkas berkicau di akun Twitter-nya menanggapi berbagai isu ekonomi, termasuk penguatan dolar.

Indeks dolar, yang mengukur pergerakan greenback terhadap beberapa mata uang dunia, stagnan di hari Rabu namun sudah berada di dekat level tertingginya dalam lebih dari setahun terakhir. Hal ini menyusul jatuhnya berbagai mata uang lain, seperti rand Afrika Selatan dan peso Meksiko.

Indeks dolar masih jauh dibawah siklus tingginya 103,82, yang dicapai pada Januari 2017 dan masih ada di angka 96,68 pada hari Rabu (15/8/2018).

Tetapi, mata uang yang paling menarik perhatian AS adalah yuan China yang melemah akibat laporan pertumbuhan ekonomi China yang melambat dan kekhawatiran tentang dampak ekonomi dari pertempuran perdagangannya dengan Negeri Paman Sam.

Penguatan dolar terhadap yuan dapat membuat daya saing produk ekspornya menurun. Komentar Trump tentang penguatan dolar pastinya sangat ditunggu oleh para ahli perdagangan, tulis CNBC International.

Kurs dolar terhadap yuan berada di 6,93 hari Rabu, semakin mendekati angka 7 yang disebut analis sangat penting secara teknikal dan psikologi bagi pasar. Angka tersebut kali terakhir dicapai bulan Mei tahun 2008 dan memperkuat spekulasi bahwa bank sentral China, People Bank of China (PBOC), akan mengambil langkah untuk membendung penurunannya dengan terjun ke pasar luar negeri.


Trump telah mengomentari pelemahan yuan dan mengaku tidak menyukai penguatan dolar. Bulan lalu, ia mengeluhkan depresiasi yuan dan euro dalam sebuah wawancara dengan CNBC International di mana ia juga mengritik kebijakan bank sentral AS Federal Reserve yang menaikkan suku bunga acuan.

"Pasar menantikan dan memantau apakah pemerintahan AS mengatakan sesuatu untuk memrotes penguatan dolar," kata Alan Ruskin, global head strategi mata uang G-10 di Deutsche Bank.

Beberapa desas-desus beredar di pasar tentang intervensi nyata AS di pasar valuta asing yang sangat tidak biasa dan mungkin tidak mungkin terjadi untuk saat ini.

Dalam catatan riset baru-baru ini, kepala ekonom JPMorgan Michael Feroli membahas intervensi AS, tetapi skeptis hal tersebut akan terjadi atau bahwa itu akan berhasil jika dilakukan.

Analis mata uang mengatakan China tidak ingin perang mata uang dan belum mencoba mendorong yuan lebih rendah - tetapi juga tidak melangkah untuk mencegah penurunan seperti biasanya.

Bank sentral China menetapkan nilai tukar harian untuk yuan berdasarkan harga terakhir, dan mengizinkan perdagangan terhadap dolar dalam sebuah batas pergerakan sekitar 2% di atas atau di bawah batas itu.

Sejumlah analis mengatakan China memindahkan batas pergerakannya sesuai pasar dan berusaha mencegah depresiasi yang lebih cepat, sehingga menghindari arus keluar modal. Yuan luar negeri berada di 6,9467 per dolar pada hari Rabu.

Analis mengatakan untuk saat ini, pasar negara berkembang tidak melihat penularan dari krisis mata uang Turki tetapi ikut terpukul oleh penguatan dolar, yang diikuti oleh kenaikan suku bunga The Fed, dan jatuhnya komoditas. Dolar diperkirakan akan terus menguat dan pasar negara berkembang dapat terus merasakan dampak negatifnya.

Lira Turki menguat hari Rabu setelah otoritas membatasi transaksi swap mata uang bank dan kabar bahwa Qatar akan berinvestasi di Turki.
(prm) Next Article Kurs Yuan Tenggelam, Karena China Siap Perang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular