Internasional

Berlimpah Uang, Amazon Investasi Rp 14 T di Perusahaan Lain

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
15 August 2018 12:44
Berlimpah Uang, Amazon Investasi Rp 14 T di Perusahaan Lain
Foto: REUTERS/Paulo Whitaker
Jakarta, CNBC Indonesia - Amazon menjadi investor korporasi yang semakin aktif dalam beberapa tahun ini. Sekarang, nilai portofolio investasinya sudah menembus US$1 miliar (Rp 14,6 triliun) untuk pertama kalinya.

Amazon, dalam laporan kuartalan terbarunya, mengungkapkan perusahaan kini memiliki saham senilai US$1 miliar di perusahaan swasta maupun emiten terhitung sampai akhir kuartal kedua.

Jumlah tersebut naik 60% dari US$623 juta secara tahunan (year-on-year/ yoy) dan mengalami peningkatan 163% dari US$380 juta dari periode yg sama di tahun 2016. Jika dibandingkan dengan investasi di awal tahun 2015, nilainya sudah mengalami kenaikan lima kali lipat.

Pertumbuhan portofolio investasi Amazon adalah pertanda terkini bahwa raksasa e-commerce itu semakin agresif dengan investasi eksternal. Perubahan muncul saat perusahaan semakin untung dan memiliki banyak uang tunai, serta tamak dalam beberapa tahun belakangan, dilansir dari CNBC International.

"Jika Amazon dulu belum terlalu fokus pada investasi ekuitas, nampaknya perusahaan itu semakin tertarik berinvestasi di perusahaan-perusahaan lain, baik perusahaan terbuka maupun tertutup," kata Thomas Ruchti, seorang profesor akuntansi di Carnegie Mellon University.

Amazon mengungkapkan US$593 juta dari US$1 miliar investasi ditempatkan di ekuitas perusahaan terbuka dan surat perintah ekuitas yang memberinya hak untuk membeli saham perusahaan ke depannya. Sementara itu, saham senilai US$407 juta lainnya berasal dari perusahaan tertutup.

Dalam periode yang sama tahun lalu, nilai investasi sebesar US$338 juta berasal dari saham perusahaan terbuka, sedangkan saham perusahaan tertutup adalah senilai US$285 juta.

Amazon tidak memberi rincian investasi individu ataupun holding di setiap perusahaan. Namun, perusahaan itu sudah mengumumkan investasi dengan nilai sekitar US$400 juta di dua perusahaan terbuka dalam beberapa tahun ini, yakni produsen sel bahan bakar Plug Power dan penyedia layanan kargo udara Air Transport Services Group.

Perusahaan juga menjadi bagian dari rangkaian pendanaan untuk perusahaan rintisan (startup) tingkat lanjut, misalnya perusahaan piranti lunak (software) penjualan berbasis suara Tact dan startup pendeteksi kanker Grail, yang umumnya membutuhkan investasi besar.

Amazon tidak merespons permintaan untuk berkomentar.

"Bisa dibilang Amazon aktif dalam berinvestasi modal ventura, dan investasi-investasi mereka -- seperti yang lain di pasaran saat ini -- nilainya naik," kata Jarrad Harford, seorang profesor keuangan di University of Washington.
Bukan hal yang biasa bagi perusahaan besar untuk memiliki portofolio investasi yang besar.

Baik Salesforce maupun Microsoft, misalnya, melakukan investasi di perusahaan terbuka dan swasta yang sekarang nilainya sekitar US$1 miliar, menurut informasi keterbukaan terbaru. Sementara itu, Alphabet mengungkapkan pihaknya memiliki saham senilai US$8,8 miliar hanya dari perusahaan tertutup di akhir tahun 2017.

Dalam kasus Amazon, pertumbuhan investasi eksternal muncul di saat perusahaan menikmati rekor laba dan pertumbuhan keseimbangan uang tunai. Raksasa ini juga membeli perusahaan-perusahaan dengan nilai yang belum pernah terjadi sebelumnya. Contoh terbaik adalah pembelian Whole Foods senilai US$13 miliar tahun lalu.

Ukuran portofolio investasi masih relatif kecil dibanding nilai keseluruhan perusahaan. Amazon memiliki nilai sekitar US$900 miliar dan memiliki US$130 miliar aset. Artinya, nilai investasi kurang dari 1% total bisnisnya.

Salah satu alasan pertumbuhan nilai investasi adalah Amazon kemungkinan menganggap ekuitas sebagai pengganti uang tunai atau biaya dari mitra bisnisnya.


Dalam laporan keuangan tahunannya, Amazon mengungkapkan perusahaan seringkali memperoleh surat perintah ekuitas "sebagai bagian dari memasuki kesepakatan komersial". Hal itu menunjukkan bahwa sebagian dari kompensasinya muncul melalui hak pembelian saham di perusahaan rekanannya, menurut Nick Seybert selaku profesor akuntansi di University of Maryland.

"Masuk akal untuk berasumsi bahwa Amazon meminta surat perintah saham ini dari mitra komersial mereka, sehingga mereka bisa memiliki andil dalam pertumbuhan perusahaan-perusahaan itu ke depannya," kata Seybert.

Namun, alasan utama Amazon untuk investasi-investasi ini kemungkinan adalah keinginannya untuk tetap mengikuti tren teknologi terkini, kata Matt McIlwain selaku investor di Madrona Venture Group.

McIlwan, yang turut berinvestasi di sejumlah startup bersama Amazon selama bertahun-tahun, mengatakan perusahaan besar seperti Amazon belajar tentang teknologi, model bisnis dan kewirausahaan baru dengan berinvestasi di startup muda.

"Cara terbaik untuk berada di dalam lingkaran adalah menjadi seorang investor dan secara aktif menambahkan nilai ke perusahaan," kata McIlwan.

"Ini semua tentang pelajaran yang bisa dipetik sebuah perusahaan besar dalam berinvestasi di perusahaan-perusahaan yang lebih muda."
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular