Dolar Sentuh Rp 14.600, Bos BCA Khawatirkan Sektor Riil

Gita Rossiana, CNBC Indonesia
14 August 2018 07:47
Sejak 1998, bank selalu bermain aman. Hal ini terlihat dari eksposur kredit dolar yang saat ini di bawah 8%.
Foto: Gita Rossiana
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Direktur PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA) Jahja Setiaatmadja menilai pelemahan nilai tukar rupiah yang nantinya diikuti oleh kenaikan bunga acuan tidak akan terlalu memengaruhi perbankan. Justru Jahja lebih mengkhawatirkan kondisi sektor riil.

Menurut Jahja, sejak 1998, bank selalu bermain aman. Hal ini terlihat dari eksposur kredit dolar yang saat ini di bawah 8%, menurun dibandingkan tahun 1998 yang mencapai 20%.


"Sejak dari tahun 1998, BCA sangat menjaga, kecuali bank yang spekulasi, beli dolarnya banyak. Kalau kami kan jaga, dari nasabah kami lepas kredit sekian. Bank malah jauh lebih siap saat ini," ujar Jahja saat ditemui di kantornya, Senin (13/8/2018).

Namun, berbeda dengan kondisi di sektor riil. Pasalnya, semua kegiatan membutuhkan transportasi dan ada biaya produksi yang memengaruhi struktur perusahaan tersebut.

"Dia bisa dorong [biaya] ke pembeli, bahayanya inflasi. Kalau tidak bisa dorong, profit akan turun. Jadi, dampaknya kepada sektor riil," kata dia.

Kejadian yang terjadi di sektor riil ini bisa saja berpengaruh kepada industri perbankan. Namun, kembali lagi ke masing-masing banknya.

"Kalau [bank] asal kasih kredit, pasti kena. Secara umum, banyak perusahaan bermasalah, satu atau dua pasti ada," kata dia.

Meski demikian, perusahaan yang jadi nasabah di BCA, mereka sudah makan asam garam sejak 1998, jadi tidak semata ditawarkan pinjaman dolar tanpa hasil. Akibatnya, kalaupun terjadi sesuatu, dampaknya ke NPL tidak langsung.

"Kecuali bunga naik seperti di Turki, repot, karena sampai 10%-15%. Tapi kalau 3%-4% masih bisa diadopsi oleh nasabah," ucap dia.
(prm) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular