
CAD Bengkak Jadi 3%, Istana: Kita Siapkan 4 Langkah!
Arys Aditya, CNBC Indonesia
13 August 2018 19:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Istana Kepresidenan akan mencoba empat resep untuk mengurangi berlanjutnya pelebaran defisit transaksi berjalan seperti yang terjadi pada kuartal II-2018.
Pada hari ini, Senin (13/8/2018), tekanan dolar AS terhadap nilai tukar rupiah menggila. Dolar AS sukses membuat mata uang Garuda terjerembab.
Faktor domestik yang diduga turut memperhebat tekanan tersebut adalah pengumuman Neraca Pembayaran Indonesia oleh BI pada akhir pekan lalu.
Pada kuartal II-2018, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 3% atau 2,6% secara kumulatif pada paruh pertama tahun ini.
Juru Bicara Presiden Joko Widodo bidang Ekonomi, Ahmad Erani Yustika, mengungkapkan pelebaran defisit transaksi berjalan sangat dipengaruhi oleh penurunan surplus neraca perdagangan non-migas. Pada kuartal yang sama, menurutnya, neraca perdagangan migas mencetak defisit.
Sementara, Erani memaparkan penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas terutama disebabkan oleh naiknya impor bahan baku dan barang modal. Hal ini merupakan dampak dari kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat di tengah ekspor nonmigas yang turun.
"Tentu untuk hal yang terakhir itu bisa dimaknai aktivitas dunia usaha masih terus tumbuh," ujarnya, Senin (13/8/2018).
Adapun, Erani menyebut defisit neraca perdagangan sektor migas terpengaruh oleh lonjakan harga minyak mentah dunia sepanjang kurun waktu tersebut.
Selain itu, tiga bulan kedua tahun ini juga diwarnai oleh peningkatan aktivitas konsumsi yang tinggi karena libur Lebaran dan libur tahun ajaran baru.
"Ini menggambarkan adanya daya beli masyarakat yang stabil, yang tergambar dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga naik hingga 5,14% (yoy) pada kuartal II-2018," kata Erani.
Namun demikian, ia mengatakan Pemerintah akan mencoba empat langkah untuk merespons pelebaran defisit transaksi berjalan.
Pertama, Erani mengungkapkan Pemerintah akan mendorong komoditas yang berorientasi ekspor pada pasar yang spesifik. Kedua, meningkatkan perjanjian bilateral sebagai cara untuk membuka pasar baru bagi produk ekspor Indonesia.
Ketiga, mengupayakan secepatnya substitusi untuk komoditas yang telah ada di dalam negeri sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor bahan baku.
"Sementara itu, untuk perbaikan neraca pendapatan primer pemerintah terus berupaya meningkatkan realisasi PMDN untuk mengurangi transfer modal dan keuntungan ke luar Indonesia."
Ia juga meyakini bahwa ekonomi Indonesia masih sangat menarik bagi investor maupun kegiatan investasi asing. Hal ini dibuktikan secara tidak langsung oleh tekanan yang dialami oleh rupiah akibat aktivitas musiman.
"Defisit neraca transaksi pendapatan terkait dengan pola musimannya untuk pembayaran deviden dari aktivitas PMA dan investasi portofolio."
(dru) Next Article BI: CAD Masih Bengkak di Atas 3% di Q4-2018
Pada hari ini, Senin (13/8/2018), tekanan dolar AS terhadap nilai tukar rupiah menggila. Dolar AS sukses membuat mata uang Garuda terjerembab.
Faktor domestik yang diduga turut memperhebat tekanan tersebut adalah pengumuman Neraca Pembayaran Indonesia oleh BI pada akhir pekan lalu.
Juru Bicara Presiden Joko Widodo bidang Ekonomi, Ahmad Erani Yustika, mengungkapkan pelebaran defisit transaksi berjalan sangat dipengaruhi oleh penurunan surplus neraca perdagangan non-migas. Pada kuartal yang sama, menurutnya, neraca perdagangan migas mencetak defisit.
Sementara, Erani memaparkan penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas terutama disebabkan oleh naiknya impor bahan baku dan barang modal. Hal ini merupakan dampak dari kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat di tengah ekspor nonmigas yang turun.
"Tentu untuk hal yang terakhir itu bisa dimaknai aktivitas dunia usaha masih terus tumbuh," ujarnya, Senin (13/8/2018).
Adapun, Erani menyebut defisit neraca perdagangan sektor migas terpengaruh oleh lonjakan harga minyak mentah dunia sepanjang kurun waktu tersebut.
Selain itu, tiga bulan kedua tahun ini juga diwarnai oleh peningkatan aktivitas konsumsi yang tinggi karena libur Lebaran dan libur tahun ajaran baru.
"Ini menggambarkan adanya daya beli masyarakat yang stabil, yang tergambar dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga naik hingga 5,14% (yoy) pada kuartal II-2018," kata Erani.
Namun demikian, ia mengatakan Pemerintah akan mencoba empat langkah untuk merespons pelebaran defisit transaksi berjalan.
Pertama, Erani mengungkapkan Pemerintah akan mendorong komoditas yang berorientasi ekspor pada pasar yang spesifik. Kedua, meningkatkan perjanjian bilateral sebagai cara untuk membuka pasar baru bagi produk ekspor Indonesia.
Ketiga, mengupayakan secepatnya substitusi untuk komoditas yang telah ada di dalam negeri sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor bahan baku.
"Sementara itu, untuk perbaikan neraca pendapatan primer pemerintah terus berupaya meningkatkan realisasi PMDN untuk mengurangi transfer modal dan keuntungan ke luar Indonesia."
Ia juga meyakini bahwa ekonomi Indonesia masih sangat menarik bagi investor maupun kegiatan investasi asing. Hal ini dibuktikan secara tidak langsung oleh tekanan yang dialami oleh rupiah akibat aktivitas musiman.
"Defisit neraca transaksi pendapatan terkait dengan pola musimannya untuk pembayaran deviden dari aktivitas PMA dan investasi portofolio."
(dru) Next Article BI: CAD Masih Bengkak di Atas 3% di Q4-2018
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular