
Survei BI: Agustus Terjadi Inflasi 0,05%
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
10 August 2018 13:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan Bank Indonesia (BI) pada minggu pertama Agustus menunjukkan inflasi secara month to month (mtm) berada di 0,05%. Maka, inflasi year on year (yoy) adalah 3,31%.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo saat berbincang dengan CNBC Indonesia mengungkapkan, pergerakan inflasi pada minggu pertama Agustus ini dipengaruhi oleh kelompok daging ayam, rokok kretek, dan jeruk.
"Inflasi berasal dari daging ayam, rokok kretek, jeruk. Deflasi berasal dari bawang merah, telur ayam, dan cabai merah," ungkap Dody, Jumat (10/8/2018).
Data ini menunjukkan, bahwa inflasi dari kelompok harga makanan bergejolak (volatle food) masih relatif terjaga, meskipun bank sentral tak memungkiri ada sedikit dampak dari harga bahan bakar minyak non subsidi.
"Tapi dalam level sekarang, masih relatif terjaga. Inflasi kami lihat tidak ada tekanan," katanya.
Sementara itu, bank sentral pun belum melihat dampak pelemahan rupiah terhadap laju inflasi. Meskipun nilai tukar sudah berada di kisaran Rp 14.400/US$, namun BI tak melihat pelemahan tersebut berdampak signifikan terhadap inflasi awal bulan.
"Kekhawatiran passthrough tidak besar. Kalau kami hitung, seharusnya inflasi semakin kecil. Kami tidak melihat dampak eksternal itu ketransfer ke inflasi," jelasnya.
(dru) Next Article Harga Telur Dkk Naik, Begini Prediksi Inflasi BI di Awal 2019
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo saat berbincang dengan CNBC Indonesia mengungkapkan, pergerakan inflasi pada minggu pertama Agustus ini dipengaruhi oleh kelompok daging ayam, rokok kretek, dan jeruk.
"Inflasi berasal dari daging ayam, rokok kretek, jeruk. Deflasi berasal dari bawang merah, telur ayam, dan cabai merah," ungkap Dody, Jumat (10/8/2018).
"Tapi dalam level sekarang, masih relatif terjaga. Inflasi kami lihat tidak ada tekanan," katanya.
Sementara itu, bank sentral pun belum melihat dampak pelemahan rupiah terhadap laju inflasi. Meskipun nilai tukar sudah berada di kisaran Rp 14.400/US$, namun BI tak melihat pelemahan tersebut berdampak signifikan terhadap inflasi awal bulan.
"Kekhawatiran passthrough tidak besar. Kalau kami hitung, seharusnya inflasi semakin kecil. Kami tidak melihat dampak eksternal itu ketransfer ke inflasi," jelasnya.
(dru) Next Article Harga Telur Dkk Naik, Begini Prediksi Inflasi BI di Awal 2019
Most Popular