
Inflasi China Meninggi, Rupiah Menguat terhadap Yuan
Alfado Agustio, CNBC Indonesia
10 August 2018 11:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Rilis data inflasi China mendorong rupiah kembali menguat di hadapan yuan. Pada Jumat (10/8/2018) pukul 11:23 WIB, CNY 1 di pasar spot ditransaksikan di Rp 2.109,65 atau menguat 0,07% dibandingkan perdagangan kemarin.
Penguatan ini mulai mendorong harga jual yuan mulai menjauhi posisi Rp 2.200. Berikut data perdagangan di tiga bank nasional terbesar hingga pukul 11:15 WIB:
Rupiah mendapat momentum menguat setelah kantor Statistik China melaporkan tingkat inflasi Juli sebesar 2,1% (year-on-year/YoY), atau lebih tinggi dari konsensus Reuters di kisaran 1,9%. Kenaikan inflasi itu dpicu kenaikan harga di tingkat produsen.
Indeks Harga Produsen di periode yang sama tumbuh 4,6% YoY atau lebih tinggi dari peridoe sebelumnya yaitu 4,7%. Kenaikan inflasi bisa menjadi kabar kurang mengenakan bagi investor karena potensi gain yang mereka terima bisa terkikis.
Akibatnya, investor melepas kepemilikan di obligasi pemerintah China. Yield obligasi pemerintah baik tenor 5, 10, 15, 20 hingga 30 tahun bergerak naik. Tenor 5 tahun naik 4,5 bps, tenor 10 tahun naik 2,4 bps, tenor 15 tahun naik 1,5 bps, tenor 20 tahun naik 2,7 bps dan tenor 30 tahun naik 5,7 bps.
Kenaikan yield mencerminkan harga obligasi turun karena investor melepas kepemilikannya. Tren ini disinyalir menjadi salah satu sentimen negatif bagi yuan sehingga cenderung melemah.
Di sisi lain, The People's Bank of China (PBoC) kembali mengintervensi kurs tengah yuan. Per hari ini, kurs tengah berada di CNY 6.8395 atau melemah 0,11% dibandingkan posisi kemarin.
Pelemahan ini berdampak kepada pelemahan yuan terhadap mata uang global. Pada pukul 11:21 WIB, yuan melemah 0,24% terhadap dolar AS. Kondisi ini ikut menjalar ke mata uang negara lain termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
![]() |
Penguatan ini mulai mendorong harga jual yuan mulai menjauhi posisi Rp 2.200. Berikut data perdagangan di tiga bank nasional terbesar hingga pukul 11:15 WIB:
Bank | Harga Beli | Harga Jual |
Bank Mandiri | Rp 2.021,00 | Rp 2.168,00 |
Bank BRI | Rp 2.042,82 | Rp 2.186,08 |
Bank BCA | Rp 2.044,00 | Rp 2.173,00 |
Rupiah mendapat momentum menguat setelah kantor Statistik China melaporkan tingkat inflasi Juli sebesar 2,1% (year-on-year/YoY), atau lebih tinggi dari konsensus Reuters di kisaran 1,9%. Kenaikan inflasi itu dpicu kenaikan harga di tingkat produsen.
Akibatnya, investor melepas kepemilikan di obligasi pemerintah China. Yield obligasi pemerintah baik tenor 5, 10, 15, 20 hingga 30 tahun bergerak naik. Tenor 5 tahun naik 4,5 bps, tenor 10 tahun naik 2,4 bps, tenor 15 tahun naik 1,5 bps, tenor 20 tahun naik 2,7 bps dan tenor 30 tahun naik 5,7 bps.
Kenaikan yield mencerminkan harga obligasi turun karena investor melepas kepemilikannya. Tren ini disinyalir menjadi salah satu sentimen negatif bagi yuan sehingga cenderung melemah.
Di sisi lain, The People's Bank of China (PBoC) kembali mengintervensi kurs tengah yuan. Per hari ini, kurs tengah berada di CNY 6.8395 atau melemah 0,11% dibandingkan posisi kemarin.
Pelemahan ini berdampak kepada pelemahan yuan terhadap mata uang global. Pada pukul 11:21 WIB, yuan melemah 0,24% terhadap dolar AS. Kondisi ini ikut menjalar ke mata uang negara lain termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Rupiah Loyo, Ini Curhatan Pengusaha
Most Popular