Garuda Indonesia Finalisasi Pinjaman Rp 4,3 T
09 August 2018 14:38

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) sedang melakukan finalisasi pinjaman sindikasi global (global syndicated loan facility) untuk menggantikan pendanaan jangka pendek dengan pendanaan yang sifatnya lebih jangka panjang.
"Sekarang sedang finalisasi untuk bisa lakukan global syndicated loan facility, mudah-mudahan selesai dalam waktu dekat, dan kalau nanti pasar global membaik, bisa langsung dilakukan," terang Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury kepada media saat dijumpai di Jakarta, Kamis (9/8/2018).
Lebih lanjut, Pahala mengatakan, dengan adanya pinjaman sindikasi global tersebut, diharapkan paling tidak 60%-70% pendanaannya punya jangka waktu 3-5 tahun.
Adapun, Pahala berharap jumlah pinjaman yang bisa diberikan berkisar di US$ 200juta- US$300 juta atau setara Rp 4,3 triliun. Kendati demikian, jumlah tersebut bukan jumlah pasti, karena pihaknya masih akan melihat kondisi kesiapan pasar.
Sebelumnya, untuk mengurangi beban utang, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) telah melakukan penerbitan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) GIAA01 dengan menjaminkan pendapatan dari tiket ke rute penerbangan Jeddah dan Madinah.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyono mengatakan dana dari KIK-EBA ini akan digunakan perusahaan melunasi pokok obligasi jatuh tempo awal bulan ini senilai Rp 2 triliun. Pelunasan tersebuat meringankan beban perusahaan atas utang-utang jangka pendeknya.
"Jadi sebenarnya yang kita jaga total utangnya, sekarang itu kalau dilihat utang kita sekitar US$ 1,9 miliar dan kemarin ada yang jatuh tempo Rp 2 triliun nah ini untuk menggantikan itu. Jadi dengan cara itu biaya yang dibebankan Garuda relatif sama karena pinjamannya sama," kata Helmi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (31/7).
Selain itu, perseroan juga akan melakukan refinancing utang bank yang lain dengan mempertimbangkan langkah pendanaan alternatif. Garuda baru saja membatalkan rencana menerbitkan surat utang berdenominasi dolar (global bonds) karena pertimbangan kondisi pasar global yang sedang bergejolak dan berpotenis memiliki tingkat bunga yang tinggi.
(gus/hps)
"Sekarang sedang finalisasi untuk bisa lakukan global syndicated loan facility, mudah-mudahan selesai dalam waktu dekat, dan kalau nanti pasar global membaik, bisa langsung dilakukan," terang Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury kepada media saat dijumpai di Jakarta, Kamis (9/8/2018).
Adapun, Pahala berharap jumlah pinjaman yang bisa diberikan berkisar di US$ 200juta- US$300 juta atau setara Rp 4,3 triliun. Kendati demikian, jumlah tersebut bukan jumlah pasti, karena pihaknya masih akan melihat kondisi kesiapan pasar.
Sebelumnya, untuk mengurangi beban utang, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) telah melakukan penerbitan Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) GIAA01 dengan menjaminkan pendapatan dari tiket ke rute penerbangan Jeddah dan Madinah.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Helmi Imam Satriyono mengatakan dana dari KIK-EBA ini akan digunakan perusahaan melunasi pokok obligasi jatuh tempo awal bulan ini senilai Rp 2 triliun. Pelunasan tersebuat meringankan beban perusahaan atas utang-utang jangka pendeknya.
"Jadi sebenarnya yang kita jaga total utangnya, sekarang itu kalau dilihat utang kita sekitar US$ 1,9 miliar dan kemarin ada yang jatuh tempo Rp 2 triliun nah ini untuk menggantikan itu. Jadi dengan cara itu biaya yang dibebankan Garuda relatif sama karena pinjamannya sama," kata Helmi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (31/7).
Selain itu, perseroan juga akan melakukan refinancing utang bank yang lain dengan mempertimbangkan langkah pendanaan alternatif. Garuda baru saja membatalkan rencana menerbitkan surat utang berdenominasi dolar (global bonds) karena pertimbangan kondisi pasar global yang sedang bergejolak dan berpotenis memiliki tingkat bunga yang tinggi.
Artikel Selanjutnya
Garuda Akan Diguyur Pinjaman Rp 4,3 T di Awal September
(gus/hps)