
Rupiah Melemah, Pengusaha Mamin Lakukan Ini untuk Bertahan
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
09 August 2018 13:27

Jakarta, CNBC Indonesia - Dunia usaha terutama yang menggunakan bahan baku impor semakin tertekan dengan pelemahan nilai tukar rupiah sejak awal tahun ini. Salah satunya adalah Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) yang bahan bakunya paling banyak dari luar negeri.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman mengatakan, pengusaha makanan dan minuman (mamin) sudah banyak yang memberikan keluhan. Apalagi biaya produksi naik tapi pengusaha tidak bisa menaikkan harga. Pasalnya daya beli masyarakat dinilai masih rendah maka dengan kenaikan ditakutkan semakin rendah.
"Saat ini sangat riskan menaikkan harga, apalagi daya beli kurang bagus dan biasanya kenaikan harga akan mempengaruhi penjualan juga," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Jakarta, Kamis (9/8/2018).
Dengan kondisi ini maka pengusaha mamin biasanya harus mencari cara lain untuk bisa tetap bertahan. Karena menaikkan harga sudah tidak bisa dan mengganti dengan bahan baku lokal akan mempengaruhi kualitas produk.
"Tentunya setiap perusahan punya cara sendiri, seperti efisiensi sudah pasti, ini beberapa perusahan otomatis mengurangi beban tenaga kerja dan juga mengurangi biaya investasi jangka panjang. Ada juga perusahaan yang merubah kemasan. Yang dulu kaleng jadi plastik supaya lebih murah," kata dia.
"Ada juga yang merubah ukuran jual atau ada yang merubah ingredients-nya, masing-masing punya cara sendiri untuk bertahan," imbuh Adhi.
Dengan demikian para pengusaha ini menaruh harapan besar kepada pemerintah agar bisa melindungi dunia usaha jangan sampai tertekan terlalu jauh dan lama.
"Kita ingin Pemerintah memikirkan kurs ini agar stabil, kita mintanya itu," tegasnya.
(roy) Next Article Apresiasi Rupiah Terhenti, Ini Pemicunya
Ketua Umum Gapmmi Adhi S Lukman mengatakan, pengusaha makanan dan minuman (mamin) sudah banyak yang memberikan keluhan. Apalagi biaya produksi naik tapi pengusaha tidak bisa menaikkan harga. Pasalnya daya beli masyarakat dinilai masih rendah maka dengan kenaikan ditakutkan semakin rendah.
"Tentunya setiap perusahan punya cara sendiri, seperti efisiensi sudah pasti, ini beberapa perusahan otomatis mengurangi beban tenaga kerja dan juga mengurangi biaya investasi jangka panjang. Ada juga perusahaan yang merubah kemasan. Yang dulu kaleng jadi plastik supaya lebih murah," kata dia.
"Ada juga yang merubah ukuran jual atau ada yang merubah ingredients-nya, masing-masing punya cara sendiri untuk bertahan," imbuh Adhi.
Dengan demikian para pengusaha ini menaruh harapan besar kepada pemerintah agar bisa melindungi dunia usaha jangan sampai tertekan terlalu jauh dan lama.
"Kita ingin Pemerintah memikirkan kurs ini agar stabil, kita mintanya itu," tegasnya.
(roy) Next Article Apresiasi Rupiah Terhenti, Ini Pemicunya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular