Ramai Capres-Cawapres, Bagaimana Reaksi Pasar Saham?

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
09 August 2018 13:06
Hal tersebut tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung volatile.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku pasar mulai menahan diri melakukan transaksi di pasar saham hari ini, merespons perkembangan dan dinamika politik. Hal tersebut tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung volatile.

IHSG pada saat pembukaan perdagangan sempat terkoreksi hingga level terendah 6.038,22, lalu sempat menguat hingga ke level tertinggi 6.105,92. Hingga akhirnya pada sesi I ditutup terkoreksi 00.6% ke level 6.091,48.

Kalangan analis dan pengamat pasar modal menilai pergerakan IHSG yang bergejolak tersebut tak lepas dari dinamika politik yang sedang berkembang saat ini. Dimana tensi politik memanas jelang pendafataran calon presiden dan wakil presiden yang dengan batas waktu berakhir besok.

Tensi politik mulai memanas setelah sempat terjadi "perpecahan" koalisi antara Partai Gerindra dan Partai Demokrat terkait kesepakatan calon presiden dan wakil presiden yang sebelumnya sudah disepakati kedua pihak. Namun pagi ini, kedua kubu kembali bertemu untuk membahas pencalonan lebih lanjut.

Nama pengusaha Sandiaga Uno disebut-sebut akan menjadi wakil presiden untuk mendampingi Prabowo Subianto. Selain itu, ada juga kabar koaliasi baru seiring dengan dinamika baru terkait pencalonan capres dan cawapres ini.

Sementarat itu, incumbent Presiden Joko Widodo tiba-tiba menyambangi kantor Wakil Presdiden. Jokowi ternyata melapor ke JK dan beberapa menteri mengenai pendaftaran Capres dan Cawapres di KPU.

"Saya sampaikan ke Pak JK bahwa besok pagi kalau saya dan cawapres akan mendaftar ke KPU," kata Jokowi di Kantor JK, Kamis (9/8/2018).

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan dinamika politik sekarang pasti punya pengaruh terhadap pasar saham. Pelaku pasar, kata Budi, lebih senang jika incumbent menjabat lagi.

"Incumbent disukai pasar. Pengaruhnya jika Pak Jokowi dipasangkan dengan yg disukai pasar, mestinya ada dan positif tetapi short-term dan tidak besar seperti Maret tahun 2014 waktu namanya diumumkan sebagai capres dari PDIP," kata Budi.

Hal senada juga disampaiakan Analis Senior Kresna Sekuritas Franky Rivan, yang menilai pasar lebih suka incumbent yang berkuasa. Cawapres akan sangat menentukan arah pergerakan pasar.

"Tapi yang jelas biasanya market prefer status quo setiap kali election," kata Franky.
(hps/don) Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Bursa Eropa Tetap Tegar

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular