
Pasar Obligasi Pemerintah Kembali Menguat Terbatas
Irvin Avriano, CNBC Indonesia
08 August 2018 17:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi kembali menguat tipis pada perdagangan hari ini, seiring dengan penguatan di pasar ekuitas dan pasar spot mata uang.
Merujuk data Reuters, harga empat seri surat berharga negara (SBN) acuan (benchmark) menguat sekaligus menekan tingkat imbal hasilnya (yield) di pasar sekunder. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Keempat seri acuan yang dimaksud adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
Hari ini, keempatnya kompak naik. Yield seri 5 tahun dan 10 tahun sama-sama turun 2 basis poin (bps) menjadi 7,65% dan 7,76%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Dua seri acuan lain yaitu 15 tahun dan 20 tahun mengalami penurunan yield 1 bps menjadi 8,11% dan 8,16%. Penguatan surat utang pemerintah juga terlihat dari naiknya INDOBeX Government Total Return PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) sebesar 1,08 poin (0,47%) dari 231 menjadi 232.
Naiknya harga SBN terjadi setelah ramainya pemberitaan tentang turunnya target penerbitan obligasi pemerintah tahun ini. Nilai penerbitan kotor turun menjadi Rp 799 triliun dari sebelumnya Rp 822 triliun, sedangkan nilai penerbitan bersih turun menjadi Rp 384 triliun dari sebelumnya Rp 407,5 triliun.
Selain di pasar obligasi, pasar saham dan rupiah juga menguat meskipun terbatas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 3 poin (+0,06%) menjadi 6.094 dan rupiah menguat 5 poin (0,03%) menjadi Rp 14.430 per dolar AS. Hingga jelang siang tadi, sebenarnya dolar AS cukup perkasa.
Ditopang data pembukaan lapangan kerja, greenback melaju dan berhasil membalaskan dendamnya terhadap mata uang Benua Kuning. Namun ternyata keperkasaan dolar tidak bertahan lama. Obat kuat dari data ketenagakerjaan AS kurang mumpuni di hadapan data ekonomi teranyar dari China.
Bank Sentral China (PBoC) mencatat cadangan devisa Negeri Panda sebesar US$ 3,12 triliun. Angka ini meningkat 0,19% dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 3,11 triliun. Cadangan devisa yang meningkat menimbulkan persepsi daya tahan ekonomi China akan semakin kuat terhadap risiko eksternal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article Penguatan Rupiah Genjot Pasar Obligasi Negara
Merujuk data Reuters, harga empat seri surat berharga negara (SBN) acuan (benchmark) menguat sekaligus menekan tingkat imbal hasilnya (yield) di pasar sekunder. Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder.
Keempat seri acuan yang dimaksud adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun.
Dua seri acuan lain yaitu 15 tahun dan 20 tahun mengalami penurunan yield 1 bps menjadi 8,11% dan 8,16%. Penguatan surat utang pemerintah juga terlihat dari naiknya INDOBeX Government Total Return PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) sebesar 1,08 poin (0,47%) dari 231 menjadi 232.
Naiknya harga SBN terjadi setelah ramainya pemberitaan tentang turunnya target penerbitan obligasi pemerintah tahun ini. Nilai penerbitan kotor turun menjadi Rp 799 triliun dari sebelumnya Rp 822 triliun, sedangkan nilai penerbitan bersih turun menjadi Rp 384 triliun dari sebelumnya Rp 407,5 triliun.
Selain di pasar obligasi, pasar saham dan rupiah juga menguat meskipun terbatas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 3 poin (+0,06%) menjadi 6.094 dan rupiah menguat 5 poin (0,03%) menjadi Rp 14.430 per dolar AS. Hingga jelang siang tadi, sebenarnya dolar AS cukup perkasa.
Ditopang data pembukaan lapangan kerja, greenback melaju dan berhasil membalaskan dendamnya terhadap mata uang Benua Kuning. Namun ternyata keperkasaan dolar tidak bertahan lama. Obat kuat dari data ketenagakerjaan AS kurang mumpuni di hadapan data ekonomi teranyar dari China.
Bank Sentral China (PBoC) mencatat cadangan devisa Negeri Panda sebesar US$ 3,12 triliun. Angka ini meningkat 0,19% dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 3,11 triliun. Cadangan devisa yang meningkat menimbulkan persepsi daya tahan ekonomi China akan semakin kuat terhadap risiko eksternal.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article Penguatan Rupiah Genjot Pasar Obligasi Negara
Most Popular